Rabu, November 23

-adik ipar sexy-

Usiaku sudah
hampir mencapai tiga puluh
lima, ya… sekitar 3
tahunan lagi lah. Aku
tinggal bersama mertuaku
yang sudah lama ditinggal
mati suaminya akibat
penyakit yang dideritanya.
Dari itu istriku berharap
aku tinggal di rumah
supaya kami tetap
berkumpul sebagai
keluarga tidak terpisah. Di
rumah itu kami tinggal 7
orang, ironisnya hanya
aku dan anak laki-lakiku
yang berumur 1 tahun
berjenis kelamin cowok di
rumah tersebut, lainnya
cewek.
Jadi… begini nih ceritanya.
Awal September lalu aku
tidak berkerja lagi karena
mengundurkan diri. Hari-
hari kuhabiskan di rumah
bersama anakku,
maklumlah ketika aku
bekerja jarang sekali aku
dekat dengan anakku
tersebut. Hari demi hari
kulalui tanpa ada
ketakutan untuk stok
kebutuhan bakal akan
habis, aku cuek saja
bahkan aku semakin
terbuai dengan
kemalasanku.
Pagi sekitar pukul 9 wib,
baru aku terbangun dari
tidur. Kulihat anak dan
istriku tidak ada
disamping, ah… mungkin
lagi di beranda cetusku
dalam hati. Saat aku mau
turun dari tempat tidur
terdengar suara jeritan
tangis anakku menuju arah
pintu. seketika itu pula
pintu kamar terbuka
dengan tergesanya. Oh…
ternyata dia bersama
tantenya Rosa yang tak
lain adalah adik iparku,
rupanya anakku tersebut
lagi pipis dicelana. Rosa
mengganti celana anakku,
“Kemana mamanya, Sa…?”
tanyaku. “Lagi ke pasar
Bang” jawabnya “Emang
gak diberi tau, ya?”
timpalnya lagi. Aku melihat
Rosa pagi itu agak salah
tingkah, sebentar dia
meihat kearah bawah
selimut dan kemudian salah
memakaikan celana
anakku.
“Kenapa kamu?” tanyaku
heran “hmm Anu bang…”
sambil melihat kembali ke
bawah.
“Oh… maaf ya, Sa?”
terkejut aku, rupanya
selimut yang kupakai tidur
sudah melorot setengah
pahaku tanpa kusadari,
aku lagi bugil. Hmmm… tadi
malam abis tempur sama
sang istri hingga aku
kelelahan dan lupa
memakai celana hehehe….
Anehnya, Rosa hanya
tersenyum, bukan
tersenyum malu, malah
beliau menyindir “Abis
tempur ya, Bang. Mau
dong…” Katanya tanpa
ragu “Haaa…” Kontan aja
aku terkejut mendengar
pernyataan itu. Malah kini
aku jadi salah tingkah dan
berkeringat dingin dan
bergegas ke toilet
kamarku.
Dua hari setelah mengingat
pernyataan Rosa kemarin
pagi, aku tidak habis pikir
kenapa dia bisa berkata
seperti itu. Setahu aku tuh
anak paling sopan tidak
banyak bicara dan jarang
bergaul. Ah… masa bodoh
lah, kalau ada kesempatan
seperti itu lagi aku tidak
akan menyia-nyiakannya.
Gimana gak aku sia-
siakan, Tuh anak
mempunyai badan yang
sangat seksi, Kulit sawo
matang, rambut lurus
panjang. Bukannya sok
bangga, dia persis kayak
bintang film dan artis
sinetron Titi kamal. Kembali
momen yang kutunggu-
tunggu datang, ketika itu
rumah kami lagi sepi-
sepinya. Istri, anak dan
mertuaku pergi arisan ke
tempat keluarga almahrum
mertua laki sedangkan
iparku satu lagi pas kuliah.
Hanya aku dan Rosa di
rumah. Sewaktu itu aku ke
kamar mandi belakang
untuk urusan “saluran
air”, aku berpapasan
dengan Rosa yang baru
selesai mandi. Wow, dia
hanya menggunakan
handuk menutupi buah
dada dan separuh
pahanya. Dia tersenyum
akupun tersenyum, seperti
mengisyaratkan sesuatu.
Selagi aku menyalurkan
hajat tiba-tiba pintu kamar
mandi ada yang
menggedor.
“Siapa?” tanyaku
“Duhhhh… kan cuma kita
berdua di rumah ini, bang”
jawabnya.
“Oh iya, ada apa, Sa…?”
tanyaku lagi
“Bang, lampu di kamar aku
mati tuh”
“Cepatan dong!!”
“Oo… iya, bentar ya”
balasku sambil
mengkancingkan celana
dan bergegas ke kamar
Rosa.
Aku membawa kursi plastik
untuk pijakan supaya aku
dapat meraih lampu yang
dimaksud.
“Sa, kamu pegangin nih
kursi ya?” perintahku
“OK, bang” balasnya.
“Kok kamu belum pake
baju?” tanyaku heran.
“Abisnya agak gelap,
bang?”
“ooo…!?”
Aku berusaha meraih
lampu di atasku. Tiba-tiba
saja entah bagaimana
kursi plastik yang ku injak
oleng ke arah Rosa. Dan…
braaak aku jatuh ke
ranjang, aku menghimpit
Rosa..
“Ou…ou…” apa yang
terjadi. Handuk yang
menutupi bagian atas
tubuhnya terbuka.
“Maaf, Sa”
“Gak apa-apa bang”
Anehnya Rosa tidak
segera menutup handuk
tersebut aku masih berada
diatas tubuhnya, malahan
dia tersenyum kepadaku.
Melihat hal seperti itu, aku
yakin dia merespon.
Kontan aja barangku
tegang.
Kami saling bertatap muka,
entah energi apa mengalir
ditubuh kami,
dengan berani kucium
bibirnya, Rosa hanya
terdiam dan tidak
membalas.
“Kok kamu diam?”
“Ehmm… malu, Bang”
Aku tahu dia belum pernah
melakukan hal ini. Terus
aku melumat bibirnya yang
tipis berbelah itu. Lama-
kelamaan ia membalas
juga, hingga bibir kami
saling berpagutan.
Kulancarkan serangan
demi serangan, dengan
bimbinganku Rosa mulai
terlihat bisa meladeni
gempuranku. payudara
miliknya kini menjadi
jajalanku, kujilati, kuhisap
malah kupelintir dikit.
“Ouhh… sakit, Bang. Tapi
enak kok”
“Sa… tubuh kamu bagus
sekali, sayang… ouhmmm”
Sembari aku melanjutkan
kebagian perut, pusar dan
kini hampir dekat daerah
kemaluannya. Rosa tidak
melarang aku bertindak
seperti itu, malah ia
semakin gemas menjambak
rambutku, sakit emang,
tapi aku diam saja.
Sungguh indah dan harum
memeknya Rosa, maklum ia
baru saja selesai mandi.
Bulu terawat dengan
potongan tipis. Kini aku
menjulurkan lidahku
memasuki liang vaginanya,
ku hisap sekuatnya
sangkin geramnya aku.
“Adauuu…. sakiiit” tentu
saja ia melonjak kesakitan.
“Oh, maaf Sa”
“Jangan seperti itu dong”
merintih ia
“Ayo lanjutin lagi”
pintanya
“Tapi, giliran aku
sekarang yang nyerang”
aturnya kemudian
Tubuhku kini terlentang
pasrah. Rosa langsung
saja menyerang daerah
sensitifku, menjilatinya,
menghisap dan mengocok
dengan mulutnya.
“Ohhh… Sa, enak kali
sayang, ah…?” kalau yang
ini entah ia pelajari
dari mana, masa bodo
ahh…!!
“Duh, gede amat barang
mu, Bang”
“Ohhh….”
“Bang, Rosa sudah tidak
tahan, nih… masukin punya
mu, ya Bang”
“Terserah kamu sayang,
abang juga tidak tahan”
Rosa kini mengambil posisi
duduk di atas tepat agak
ke bawah perut ku. Ia mulai
memegang kemaluanku dan
mengarahkannya ke
lubang vaginanya. semula
agak sulit, tapi setelah ia
melumat dan membasahinya
kembali baru agak sedikit
gampang masuknya.
“Ouuu…ahhhhh….” …
seluruh kemaluanku
amblas di dalam goa
kenikmatan milik Rosa.
“Awwwh, Baaaang…..
akhhhhh” Rosa mulai
memompa dengan
menopang dadaku. Tidak
hanya memompa kini ia
mulai dengan gerakan maju
mundur sambil meremas-
remas payu daranya.
Hal tersebut menjadi
perhatianku, aku tidak mau
dia menikmatinya sendiri.
Sambil bergoyang aku
mengambil posisi duduk,
mukaku sudah menghadap
payudaranya.Rosa semakin
histeris setelah kujilati
kembali gunung indahnya.
“Akhhhh… aku sudah tidak
tahan, bang. Mau keluar
nih.
Awwwhhh??”
“Jangan dulu Sa, tahan ya
bentar” hanya sekali balik
kini aku sudah berada
diatas tubuh Rosa
genjotan demi genjotan
kulesakkan ke memeknya.
Rosa terjerit-jerit
kesakitan sambil menekan
pantatku dengan kedua
tumit kakinya, seolah
kurang dalam lagi
kulesakkan.
“Ampuuuun…… ahhhh…
trus, Bang”
“Baaang… goyangnya
cepatin lagi, ahhhh… dah
mau keluar nih”
Rosa tidak hanya merintih
tapi kini sudah menarik
rambut dan meremas
tubuhku.
“Oughhhhh… abang juga
mau keluar, Zzhaa”
kugoyang semangkin
cepat, cepat dan sangat
cepat hingga jeritku dan
jerit Rosa membahana di
ruang kamar.
Erangan panjang kami
sudah mulai menampakan
akhir pertandingan ini.
” ouughhhhh…. ouhhhhhh”
“Enak, Baaaangg….”
“Iya sayang…. ehmmmmmm”
kutumpahkan spermaku
seluruhnya ke dalam
vagina Rosa dan setelah
itu ku sodorkan ******
ke mulutnya, kuminta ia
agar membersihkannya.
“mmmmmmuaaachhhhh…”
dikecupnya punyaku
setelah dibersihkannya
dan itu pertanda
permainan ini berakhir,
kamipun tertidur lemas.
Kesempatan demi
kesempatan kami lakukan,
baik dirumah, kamar mandi,
di hotel bahkan ketika
sambil menggendongku
anakku, ketika itu di ruang
tamu. Dimanapu Rosa siap
dan dimanapun aku siap.

SekiaN

Tidak ada komentar: