Rabu, November 23

-akibat ranjang sempit-

Mertuaku adalah seorang
janda dengan kulit yang
putih, cantik, lembut, dan
berwajah keibu ibuan, dia
selalu mengenakan kebaya
jika keluar rumah. Dan
mengenakan daster
panjang bila didalam
rumah, dan rambutnya
dikonde keatas sehingga
menampakkan kulit
lehernya yang putih
jenjang.
Sebenarnya semenjak aku
masih pacaran dengan
anaknya, aku sudah jatuh
cinta padanya Aku sering
bercengkerama dengannya
walaupun aku tahu hari itu
pacarku kuliah. Diapun
sangat baik padaku, dan
aku diperlakukan sama
dengan anak anaknya
yang lain. Bahkan tidak
jarang bila aku kecapaian,
dia memijat punggungku.
Setelah aku kawin dengan
anaknya dan memboyong
istriku kerumah
kontrakanku, mertuaku
rajin menengokku dan
tidak jarang pula menginap
satu atau dua malam.
Karena rumahku hanya
mempunyai satu kamar
tidur, maka jika mertuaku
menginap, kami terpaksa
tidur bertiga dalam satu
ranjang. Biasanya Ibu
mertua tidur dekat tembok,
kemudian istri ditengah
dan aku dipinggir. Sambil
tiduran kami biasanya
ngobrol sampai tengah
malam, dan tidak jarang
pula ketika ngobrol
tanganku bergerilya
ketubuh istriku dari bawah
selimut, dan istriku selalu
mendiamkannya.
Bahkan pernah suatu kali
ketika kuperkirakan
mertuaku sudah tidur, kami
diam diam melakukan
persetubuhan dengan
istriku membelakangiku
dengan posisi agak miring,
kami melakukankannya
dengan sangat hati hati
dan suasana tegang.
Beberapa kali aku tepaksa
menghentikan kocokanku
karena takut
membangunkan mertuaku.
Tapi akhirnya kami dapat
mengakhirinya dengan baik
aku dan istriku terpuaskan
walaupun tanpa rintihan
dan desahan istriku.
Suatu malam meruaku
kembali menginap
dirumahku, seperti biasa
jam 21.00 kami sudah
dikamar tidur bertiga,
sambil menonton TV yang
kami taruh didepan tempat
tidur. Yang tidak biasa
adalah istriku minta ia
diposisi pinggir, dengan
alasan dia masih mondar
mandir kedapur. Sehingga
terpaksa aku menggeser
ke ditengah walaupun
sebenarnya aku risih,
tetapi karena mungkin
telalu capai, aku segera
tidur terlebih dahulu.
Aku terjaga pukul 2.00
malam, layar TV sudah
mati. ditengah samar samar
lampu tidur kulihat istriku
tidur dengan pulasnya
membelakangiku,
sedangkan disebelah kiri
mertuaku mendengkur
halus membelakangiku
pula. Hatiku berdesir
ketika kulihat leher putih
mulus mertuaku hanya
beberapa senti didepan
bibirku, makin lama tatapan
mataku mejelajahi
tubuhnya, birahiku
merayap melihat wanita
berumur yang lembut
tergolek tanpa daya
disebelahku..
Dengan berdebar debar
kugeser tubuhku
kearahnya sehingga
lenganku menempel pada
punggungnya sedangkan
telapak tanganku
menempel di bokong,
kudiamkan sejenak sambil
menunggu reaksinya.
Tidak ada reaksi, dengkur
halusnya masih teratur,
keberanikan diriku
bertindak lebih jauh,
kuelus bokong yang masih
tertutup daster, perlahan
sekali, kurasakan birahiku
meningkat cepat. Penisku
mulai berdiri dan hati hati
kumiringkan tubuhku
menghadap mertuaku.
Kutarik daster dengan
perlahan lahan keatas
sehingga pahanya yang
putih mulus dapat
kusentuh langsung dengan
telapak tanganku.
Tanganku mengelus
perlahan kulit yang mulus
dan licin, pahanya keatas
lagi pinggulnya, kemudian
kembali kepahanya lagi,
kunikmati sentuhan jariku
inci demi inci, bahkan aku
sudah berani meremas
bokongnya yang sudah
agak kendor dan masih
terbungkus CD.
Tiba tiba aku dikejutkan
oleh gerakan mengedut
pada bokongnya sekali,
dan pada saat yang sama
dengkurnya berhenti.
Aku ketakutan, kutarik
tanganku, dan aku pura
pura tidur, kulirik
mertuaku tidak merubah
posisi tidurnya dan
kelihatannya dia masih
tidur. Kulirik istriku, dia
masih membelakangiku,
Penisku sudah sangat
tegang dan nafsu birahiku
sudah tinggi sekali, dan itu
mengurangi akal sehatku
dan pada saat yang sama
meningkatkan
keberanianku.
Setelah satu menit berlalu
situasi kembali normal,
kuangkat sarungku
sehingga burungku yang
berdiri tegak dan mengkilat
menjadi bebas, kurapatkan
tubuh bagian bawahku
kebokong mertuaku
sehingga ujung penisku
menempel pada pangkal
pahanya yang tertutup CD.
Kenikmatan mulai menjalar
dalam penisku, aku makin
berani, kuselipkan ujung
penisku di jepitan pangkal
pahanya sambil kudorong
sedikit sedikit, sehingga
kepala penisku kini terjepit
penuh dipangkal pahanya,
rasa penisku enak sekali,
apalagi ketika mertuaku
mengeser kakinya sedikit,
entah disengaja entah
tidak.
Tanpa meninggalkan
kewaspadaan mengamati
gerak gerik istri,
kurangkul tubuh mertuaku
dan kuselipkan tanganku
untuk meremas buah
dadanya dari luar daster
tanpa BH. Cukup lama aku
melakukan remasan
remasan lembut dan
menggesekan gesekkan
penisku dijepitan paha
belakangnya. Aku tidak
tahu pasti apakah
mertuaku masih terlelap
tidur atau tidak tapi yang
pasti kurasakan puting
dibalik dasternya terasa
mengeras. Dan kini
kusadari bahwa dengkur
halus dari mertuaku sudah
hilang.., kalau begitu..pasti
ibuku mertuaku sudah
terjaga..? Kenapa diam
saja? kenapa dia tidak
memukul atau
menendangku, atau dia
kasihan kepadaku? atau
dia menikmati..? Oh.. aku
makin terangsang.
Tak puas dengan buah
dadanya, tanganku mulai
pindah keperutnya dan
turun keselangkangannya,
tetapi posisinya yang
menyebabkan tangan
kananku tak bisa
menjangkau daerah
sensitifnya. Tiba tiba ia
bergerak, tangannya
memegang tanganku,
kembali aku pura pura
tidur tanpa merrubah
posisiku sambil berdebar
debar menanti reaksinya.
Dari sudut mataku kulihat
dia menoleh kepadaku,
diangkatnya tanganku
dengan lembut dan
disingkirkannya dari
tubuhnya, dan ketika
itupun dia sudah
mengetahui bahwa
dasternya sudah
tersingkap sementara
ujung penisku yang sudah
mengeras terjepit diantara
pahanya.
Jantungku rasanya
berhenti menunggu
reaksinya lebih jauh. Dia
melihatku sekali lagi,
terlihat samar samar tidak
tampak kemarahan dalam
wajahnya, dan ini sangat
melegakanku .
Dan yang lebih
mengejutkanku adalah dia
tidak menggeser
bokongnya menjauhi
tubuhku, tidak
menyingkirkan penisku
dari jepitan pahanya dan
apalagi membetulkan
dasternya. Dia kembali
memunggungiku
meneruskan tidurnya, aku
makin yakin bahwa
sebelumnya mertuaku
menikmati remasanku di
payudaranya, hal ini
menyebabkan aku berani
untuk mengulang
perbuatanku untuk
memeluk dan meremas
buah dadanya. Tidak ada
penolakan ketika tanganku
menyelusup dan memutar
mutar secara lembut
langsung keputing
teteknya melalui kancing
depan dasternya yang
telah kulepas. Walaupun
mertuaku berpura pura
tidur dan bersikap pasif,
tapi aku dengar nafasnya
sudah memburu.
Cukup lama kumainkan
susunya sambil
kusodokkan kemaluanku
diantara jepitan pahanya
pelan pelan, namun karena
pahanya kering, aku tidak
mendapat kenikmatan yang
memadai, Kuangkat pelan
pelan pahanya dengan
tanganku, agar aku
penisku terjepit dalam
pahanya dengan lebih
sempurna, namun dia
justru membalikkan
badannya menjadi
terlentang, sehingga
tangannya yang berada
disebelah tangannya
hampir menyetuh penisku,
bersamaan dengan itu
tangan kirinya mencari
selimutnya menutupi
tubuhnya. Kutengok istri
yang berada dibelakangku,
dia terlihat masih nyenyak
tidurnya dan tidak
menyadari bahwa sesuatu
sedang terjadi
diranjangnya.
Kusingkap dasternya yang
berada dibawah selimut,
dan tanganku merayap
kebawah CDnya. Dan
kurasakan vaginanya
yang hangat dan berbulu
halus itu sudah basah. Jari
tanganku mulai mengelus,
mengocok dan meremas
kemaluan mertuaku.
Nafasnya makin memburu
sementara dia terlihat
berusaha untuk menahan
gerakan pinggulnya, yang
kadang kadang terangkat,
kadang mengeser kekiri
kanan sedikit. Kunikmati
wajahnya yang tegang
sambil sekali kali menggigit
bibirnya. Hampir saja aku
tak bisa menahan nafsu
untuk mencium bibirnya,
tapi aku segera sadar
bahwa itu akan
menimbulkan gerakan yang
dapat membangunkan
istriku.
Setelah beberapa saat
tangan kanannya masih
pasif, maka kubimbing
tangannya untuk mengelus
elus penisku, walaupun
agak alot akhirnya dia mau
mengelus penisku,
meremas bahkan
mengocoknya. Agak lama
kami saling meremas,
mengelus, mengocok dan
makin lama cepat, sampai
kurasakan dia sudah
mendekati puncaknya,
mertuakan membuka
matanya, dipandanginya
wajahku erat erat, kerut
dahinya menegang dan
beberapa detik kemudian
dia menghentakkan
kepalanya menengadah
kebelakang. Tangan
kirinya mencengkeram dan
menekan tanganku yang
sedang mengocok lobang
kemaluannya. Kurasakan
semprotan cairan di
pangkal telapak tanganku.
Mertuaku mencapai puncak
kenikmatan, dia telah
orgasme. Dan pada waktu
hampir yang bersamaan air
maniku menyemprot
kepahanya dan membasahi
telapak tangannya.
Kenikmatan yang luar
biasa kudapatkan malam
ini, kejadianya begitu saja
terjadi tanpa rencana
bahkan sebelumnya
membayangkanpun aku
tidak berani.
Sejak kejadian itu, sudah
sebulan lebih mertuaku
tidak pernah menginap
dirumahku, walaupun
komunikasi dengan istriku
masih lancar melalui telpon.
Istriku tidak curiga apa
apa tetapi aku sendiri
merasa rindu, aku
terobsesi untuk
melakukannya lebih jauh
lagi. Kucoba beberapa kali
kutelepon, tetapi selalu
tidak mau menerima.
Akhirnya setelah
kupertimbangkan maka
kuputuskan aku harus
menemuinya.
Hari itu aku sengaja masuk
kantor separo hari, dan
aku berniat menemuinya
dirumahnya, sesampai
dirumahnya kulihat
tokonya sepi pengunjung,
hanya dua orang penjaga
tokonya terlihar asik
sedang ngobrol. Tokonya
terletak beberapa meter
dari rumah induk yang
cukup besar dan luas. Aku
langsung masuk kerumah
mertuaku setelah basa
basi dengan penjaga
tokonya yang kukenal
dengan baik. Aku disambut
dengan ramah oleh
mertuaku, seolah olah
tidak pernah terjadi
sesuatu apa apa, antara
kami berdua, padahal
sikapku sangat kikuk dan
salah tingkah.
“Tumben tumbenan mampir
kesini pada jam kantor?”
“Ya Bu, soalnya Ibu nggak
pernah kesana lagi sih”
Mertuaku hanya tertawa
mendengarkan jawabanku
“Ton. Ibu takut ah.. wong
kamu kalau tidur
tangannya kemana mana..,
Untung istrimu nggak lihat,
kalau dia lihat.. wah.. bisa
berabe semua nantinya..”
“Kalau nggak ada Sri
gimana Bu..?” tanyaku
lebih berani.
“Ah kamu ada ada saja,
Memangnya Sri masih
kurang ngasinya, koq
masih minta nambah sama
ibunya.”
“Soalnya ibunya sama
cantiknya dengan
anaknya” gombalku.
“Sudahlah, kamu makan
saja dulu nanti kalau mau
istirahat, kamar depan
bisa dipakai, kebetulan
tadi masak pepes” selesai
berkata ibuku masuk ke
kamarnya.
Aku bimbang, makan dulu
atau menyusul mertua
kekamar. Ternyata
nafsuku mengalahkan rasa
lapar, aku langsung
menyusul masuk kekamar,
tetapi bukan dikamar
depan seperti perintahnya
melainkan kekamar tidur
mertuaku. Pelan pelan
kubuka pintu kamarnya
yang tidak terkunci, kulihat
dia baru saja merebahkan
badannya dikasur, dan
matanya menatapku, tidak
mengundangku tapi juga
tidak ada penolakan dari
tatapannya. Aku segera
naik keranjang dan
perlahan lahan kupeluk
tubuhnya yang gemulai,
dan kutempelkan bibirku
penuh kelembutan.
Mertuaku menatapku
sejenak sebelum akhirnya
memejamkan matanya
menikmati ciuman lembutku.
Kami berciuman cukup
lama, dan saling meraba
dan dalam sekejap kami
sudah tidak berpakaian,
dan nafas kami saling
memburu. Sejauh ini
mertuaku hanya mengelus
punggung dan kepalaku
saja, sementara tanganku
sudah mengelus paha
bagian dalam. Ketika jariku
mulai menyentuh
vaginanya yang tipis dan
berbulu halus, dia sengaja
membuka pahanya lebar
lebar, hanya sebentar
jariku meraba kemaluanya
yang sudah sangat basah
itu, segera kulepas
ciumanku dan kuarahkan
mulutku ke vagina merona
basah itu.
Pada awalnya dia menolak
dan menutup pahanya erat
erat.
“Emoh.. Ah nganggo tangan
wae, saru ah.. risih..”
namun aku tak
menghiraukan kata
katanya dan aku setengah
memaksa, akhirnya dia
mengalah dan membiarkan
aku menikmati sajian yang
sangat mempesona itu,
kadang kadang kujilati
klitorisnya, kadang
kusedot sedot, bahkan
kujepit itil mertuaku
dengan bibirku lalu kutarik
tarik keluar.
“Terus nak Ton.., Enak
banget.. oh.. Ibu wis suwe
ora ngrasakke penak koyo
ngene sstt”
Mertuaku sudah merintih
rintih dengan suara halus,
sementara sambil membuka
lebar pahanya, pinggulnya
sering diangkat dan
diputar putar halus.
Tangan kiriku yang
meremas remas buah
dadanya, kini jariku sudah
masuk kedalam mulutnya
untuk disedot sedot.
Ketika kulihat mertuaku
sudah mendekati klimax,
maka kuhentikan jilatanku
dimemeknya, kusodorkan
kontolku kemulutnya, tapi
dia membuang muka kekiri
dan kekanan, mati matian
tidak mau mengisap
penisku. Dan akupun tidak
mau memaksakan
kehendak, kembali kucium
bibirnya, kutindih tubuhnya
dan kudekap erat erat,
kubuka leber lebar
pahanya dan kuarahkan
ujung penisku yang
mengkilat dibibr vaginanya.
Mertuaku sudah tanpa
daya dalam pelukanku,
kumainkan penisku dibibir
kemaluannya yang sudah
basah, kumasukkan kepala
penis, kukocok kocok
sedikt, kemudian kutarik
lagi beberapa kali
kulakukan.
“Enak Bu?”
“He eh, dikocok koyo
ngono tempikku keri, wis
cukup Ton, manukmu
blesekno sin jero..”
“Sekedap malih Bu, taksih
eco ngaten, keri sekedik
sekedik”
“Wis wis, aku wis ora
tahan meneh, blesekno sih
jero meneh Ton oohh..
ssttss.. Ibu wis ora tahan
meneh, aduh enak banget
tempikku” sambil berkata
begitu diangkatnya tinggi
tinggi bokongnya,
bersamaan dengan itu
kumasukkan kontolku
makin kedalam memeknya
sampai kepangkalnya,
kutekan kontolku dalam
dalam, sementara Ibu
mertuaku berusaha
memutar mutar pinggulnya,
kukocokkan penisku
dengan irama yang tetap,
sementara tubuhnya rapat
kudekap, bibirku menempel
dipipinya, kadang kujilat
lehernya, ekspresi
wajahnya berganti ganti.
Rupanya Ibu anak sama
saja, jika sedang
menikmati sex mulutnya
tidak bisa diam, dari kata
jorok sampai rintihan
bahkan mendekati
tangisan.
Ketika rintihannya mulai
mengeras dan wajahnya
sudah diangkat keatas aku
segera tahu bahwa mertua
akan segera orgasme,
kukocok kontolku makin
cepat.
“Ton..aduh aduh..
Tempikku senut senut,
ssttss.. Heeh kontolmu
gede, enak banget.. Ton
aku meh metu.. oohh.. Aku
wis metu..oohh.”
Mertuaku menjerit cukup
keras dan bersamaan
dengan itu aku merasakan
semprotan cairan dalam
vaginanya. Tubuhnya
lemas dalam dekapanku,
kubiarkan beberapa menit
untuk menikmati sisa sisa
orgasmenya sementara
aku sendiri dalam posisi
nanggung.
Kucabut penisku yang
basah kuyup oleh
lendirnya memekknya, dan
kusodorkan ke mulutnya,
tapi dia tetap menolak
namun dia menggegam
penisku untuk dikocok
didepan wajahnya. Ketika
kocokkannya makin cepat,
aku tidak tahan lagi dan
muncratlah lahar maniku
kewajahnya.
Siang itu aku sangat puas
demikian juga mertuaku,
bahkan sebelum pulang
aku sempat melakukannya
lagi, ronde kedua ini
mertuaku bisa mengimbangi
permainanku, dan kami
bermain cukup lama dan
kami bisa sampai mencapai
orgasme pada saat yang
sama

Tidak ada komentar: