Jumat, November 25

Kisah ini merupakan
pengalaman pribadiku
sendiri. Namaku Andrie,umur
23 tahun waktu itu.Aku baru
saja berkenalan dengan
seorang gadis yang berumur
23 tahun juga. Aku bekerja
di perusahaan swasta di
Jakarta, sedang dia bekerja
di sebuah Rumah Sakit
swasta. Namanya Yuni.
Aku baru berkenalan
dengannya sekitar 2 bulan.
Waktu awal kenalan,aku
tidak pernah mampir
kerumahnya. Kami hanya
bertemu diluar saja dan
ngobrol-ngobrol saja. Tapi
lantaran perasaan kami yang
semakin akrab,maka suatu
kali aku mampir juga
kerumahnya, sekaligus
berkenalan dengan
keluarganya. Yuni punya
seorang ibu tiri yang
umurnya sekitar 38 tahun
dan dua orang kakak
perempuan,yang tertua
namanya Linda, umurnya 28
tahun dan yang nomor dua
namanya Shinta umurnya 26
tahun. Walaupun ibunya ibu
tiri,tapi sangat baik. Mereka
tinggal 3 orang satu rumah.
Sedang kakaknya yang
pertama sudah
menikah,belum punya anak
dan tinggal ditempat lain.
Hubungan mereka
sekeluarga sangat akrab.
Keluarganya ramah
terhadapku.
Waktu kedatanganku yang
pertama aku cuma duduk
bdiruang tamu.Kedatanganku
yang selanjutnya aku sudah
biasa aja dirumahnya. Aku
sudah bisa masuk keruangan
yang lainnya. Suatu kali aku
masuk kekamar Yuni,didalam
kami ngobrol-ngobrol aja.
Jarak antara kami makin
dekat. Kupegang
tangannya,kemudian
perlahan-lahan kudekatkan
wajahku kepadanya.Kami
saling berciuman.Kulumat
bibirnya yang berwarna
kemerah-merahan dan Yuni
membalas ciumanku. Cukup
lama kami berciuman dan aku
tidak berani menyentuh
bagian yang lain. Sehabis itu
kami main Play Stasion.
Minggu berikutnya aku main
lagi ke rumah Yuni. Waktu itu
kakaknya yang no.2 yaitu
Shinta ada dirumah.Dia tidak
masuk kerja.Setelah basa
basi dengan kakaknya aku
masuk kekamar Yuni.Didalam
seperti biasa setelah kami
ngobrol-ngobrol sedikit aku
mendekati Yuni. Kami kembali
berciuman,aku meremas
tangannya,kemudian
ciumanku menyusuri lehernya
yang putih bersih.Nafas Yuni
terdengar agak terengah-
engah.Aku meneruskan
ciumanku dengan meremas
dadanya yang
indah.kemudian satu persatu
kancing bajunya
kutanggalkan,sampai dia
hanya pakai BH saja. BH nya
yang berukuran 36B itupun
kutanggalkan.
Payudaranya yang sekal dan
indah itu pun habis
kuciumi.Sementara tanganku
meremas-remas dengan
lembut payudaranya
itu.Kemudian puting
payudaranya yang berwarna
agak kecoklatan kuhisap dan
kujilati.Yuni makin menderu
nafasnya.Aku terus asyik
menghisap payudaranya
yang sekal itu.Tapi secara
tiba-tiba aku melirik ke pintu
yang sedikit terbuka,disitu
kulihat shinta berdiri
termangu.Aku segera
menghentikan gerakanku.
Shinta kemudian masuk
kekamar Yuni.Tapi Yuni cuek
saja melihat kakaknya masuk
kedalam kamarnya.Dia tidak
berusaha menutupi
tubuhnya.Malah membiarkan
saja tubuhnya dalam
keadaan terbuka.Aku tentu
saja merasa grogi.Aku takut
Shinta marah kemudian
melarangku main kerumahnya
lagi.Tapi Shinta tidak marah
malah tersenyum melihat aku
yang salah tingkah.Kemudian
Shinta bicara:
"Kamu mau kubuatkan teh
Andrie?"
"Ya mbak,boleh ....eh..terima
kasih..."jawabku agak gugup.
Dalam hati aku merasa
senang karena Shinta tidak
marah padaku.Kemudian aku
keluar dari kamar dan Yuni
memakai bajunya tanpa
mengenakan BH lagi.Masih
kelihatan payudaranya yang
montok itu dibungkus baju
kaos yang tipis.Aku diruang
tamu ngobrol-ngobrol saja
bersama Yuni dan
kakaknya.Shinta sama sekali
tidak menyinggung kejadian
tadi,dan bicara hal-hal lain.
Minggu berikutnya aku
kembali datang kerumah
Yuni.Setelah ngobrol-ngobrol
dengan kakaknya Shinta,aku
kembali masuk kekamar
Yuni.Didalam kami kembali
berciuman.Aku mencium bibir
Yuni yang harum.Yuni
membalas ciumanku.Berbeda
waktu kemarinnya,kali ini
Yuni agak agresif.Dia
mencium bibirku dengan
ganasnya. Aku juga semakin
berani membuka pakaian
Yuni,sehingga dia hanya
memakai celana dalam
saja.Aku segera menyapu
lehernya yang jenjang dan
putih bersih.Yuni terlihat
menggelinjang membuat aku
semakin
bersemangat.Nafasnya mulai
terengah-engah.Ciumanku
terus kearah dadanya yang
montok.Aku menghisap puting
payudaranya.Sungguh
sangat enak rasanya.Aku
menghisap puting
payudaranya bergantian.Yuni
makin terengah-engah.
Lalu aku membuka celana
dalamnya,sehingga sekarang
dia tidak memakai pakaian
sehelai benangpun. Aku
menjilati pahanya yang putih
mulus.Jilatanku terus naik
kearah vagina Yuni yang
memancarkan hawa harum
dan wangi.Aku menjilat
klitorisnya yang sebelumnya
aku menyibakkan bulunya
yang belum begitu lebat.Lama
aku menghisap
klitorisnya.Sampai aku
merasakan cairan yang
khas,mungkin dia sudah
semakin teransang.
Yuni lalu
mendorongku,sehingga aku
berada dalam posisi
telentang. Dia langsung
mengarahkan bibirnya yang
mungil ke
penisku.Wahhh...enak
sekali ... Yuni mengulum dan
menghisap penisku .Aku
semakin terengah-
engah.Yuni pun semakin
semangat mendengar
desahan nafasku. Lalu aku
mendorong Yuni dengan
lembut agar dia segera
telentang.Yuni pun mengerti
dengan keinginanku. Penisku
kuarahkan kearah vagina
Yuni dan memasukkannya
dengan perlahan-lahan.Yuni
menjerit tertahan begitu
penisku masuk semua
kedalam vaginanya.Aku
mengangkat pantatku
perlahan-lahan,dan
memasukkannya.Begitu
seterusnya aku
lakukan,memaju-mundurkan
pantatku.Yunipun kelihatan
sangat menikmatinya.
Lalu aku mengangkat kaki
kiri Yuni dan tetap aku
menggoyang pantatnya yang
montok.Sampai akhirnya dia
menjerit dengan suara yang
agak keras.Dan akupun
merasakan cairan hangat
yang membasahi penisku
didalam vaginanya.Rupanya
Yuni sudah keluar.Sementara
aku nampaknya masih lama
untuk mencapai puncak
orgasmeku. Tiba-tiba aku
dikejutkan suara yang sudah
aku kenal.
"Wah..kamu kuat juga ya
Andrie..."
Rupanya itu suaranya Shinta
kakak Yuni.Rupanya dia
sudah dari tadi berdiri
dibelakangku memperhatikan
apa yang kuperbuat bersama
dengan adiknya.Aku sangat
kaget sekali,dan mencabut
penisku yang masih tegang
dari vagina Yuni.Kupikir tadi
Yuni sudah mengunci pintu
kamar.
Shinta segera menghampiri
kami berdua.Kulihat Yuni
cuek saja dan masih
menikmati puncak
orgasmenya. Shinta duduk
disamping kami dan
memperhatikan punyaku
yang masih
tegang.Sementara aku
sendiri masih jauh dari
puncak orgasmeku.Melihat
situasinya seperti itu aku
jadi memberanikan diriku
meraih tangan Shinta.Kutarik
lembut tangannya dan aku
segera melumat bibirnya
yang lembut.Sementara
tanganku langsung
meremas-remas
payudaranya.Sekilas aku
melirik Yuni dan kulihat dia
tersenyum melihat yang
kuperbuat dengan
kakaknya.Dia bilang,
"Nah...sekarang giliran saya
yang nonton kakak ya...?"
Shinta hanya menjawab
dengan tersenyum
saja.Nampaknya Yuni ingin
aku berbuat yang sama
dengan kakaknya.
Tanganku terus saja
meremas-remas
payudaranya dari luar.Aku
segera melepaskan semua
pakaian yang menempel
ditubuhnya,sampai dia tidak
mengenakan pakaian
selembar benangpun alias
bugil,seperti Yuni. Aku terus
melumat bibirnya. Shinta pun
tidak kalah membalas
ciumanku.Ciumanku terus
turun kelehernya yang putih
bersih.Shinta mengelinjang
membuat aku semakin
bersemangat saja.Aku terus
menciumi payudaranya yang
montok,mungkin ukurannya
ada sekitar 36,aku tidak
tahu persis tapi sama
dengan ukurannya si Yuni.
Aku menghisap puting
payudaranya dengan
lahap.Aku kembali melirik
Yuni dan melihat dia
tersenyum manis padaku.Aku
jadi semakin bersemangat
saja.Sementara Shinta terus
saja menggelinjang
keenakan.Aku terus saja
menghisap puting payudara
Shinta.Sementara tangan
kiriku meraba-raba
selangkangan Shinta.Aku
merasakan bulu-bulu
vaginanya yang
lembut.Ciumanku terus
kuturunkan kedaerah
vaginanya.Aku menjilati
klitoris Shinta dan Shinta
terus saja menggelinjang.Aku
merasakan cairan yang khas
dari vaginanya,tapi aku
yakin dia belum orgasme.
Aku lalu mendekatkan
penisku kedalam mulut Shinta
dan diapun melumat penisku
dan menghisapnya.Sungguh
sangat enak sekali.Lama
Shinta menghisap penisku
yang sudah sangat tegang
sekali.Aku hampir tidak tahan
lagi. Aku menyuruh Shinta
supaya menungging.Aku lalu
mengatur posisiku di
belakang Shinta.Perlahan-
lahan aku memasukkan
penisku kedalam
vaginanya.Tapi sebelum aku
memasukkan penisku,Yuni
bergerak mendekatiku dan
tangannya menggenggam
penisku.
"Biar kumasukin
Ndrie...,"katanya.
Tapi sebelum itu dia masih
sempat-sempatnya
menghisap penisku.Setelah
itu dia mengarahkan penisku
ke kemaluan kakaknya.Dia
tersenyum padaku.Shinta
juga tersenyum padaku.Aku
semakin tidak tahan dan
segera memasukkan penisku
ke vagina Shinta.shinta
menjerit tertahan,
"Ahh...Andrie...punyamu enak
sekhali...shayang..."
Aku semakin bersemangat
menggoyangkan
pantatku.Sementara Yuni
duduk disampingku.Aku
segera meraih tangan Yuni
dan aku bilang,
"Yun, sini payudaramu aku
hisap..."
Yuni segera menyodorkan
payudaranya kemulutku.Jadi
sementara aku menggoyang
Shinta,mulutku menghisap
payudaranya Yuni.Shinta
semakin histeris menjerit-
jerit keenakan kugoyang
vaginanya dari belakang.Aku
lalu menyuruh Yuni berdiri
dan mengarahkan
selangkangannya ke
mulutku.Aku kembali menjilati
klitoris Yuni.Yuni terdengar
menjerit-jerit keenakan
seperti kakaknya.
Tak lama tubuh Shinta
menegang.Agaknya dia sudah
mau keluar.Benar saja tak
lama aku merasakan cairan
hangat membasahi penisku
yang masih menancap di
vaginanya.Yuni juga masih
menjerit-jerit.Aku lalu berdiri
dan mengarahkan penisku
yang masih tegang ke
kemaluan Yuni yang berada
dalam posisi berdiri dari
depan.Aku mengangkat kaki
Yuni dan meletakkan kakinya
di pinggir tempat tidur.Aku
memasukkan penisku
kedalam vagina Yuni dari
depan dan kugoyang-
goyang,maju mundur.
Yuni kembali mendesah-
desah,
"...Ahh...Andrie...kamu pintar
juga juga pake gaya berdiri
seperti dalam
film ...ahhh...akh.."mulutnya
terus saja menceracau.
Aku terus saja
menggoyangnya,sementara
mulutku tidak berhenti
menciumi payudaranya yang
montok kiri kanan bergantian
dan juga menghisapnya
bergantian.Yuni semakin
melayang-layang kenikmatan
saja.Tak lama aku juga
sudah ingin keluar.Tapi
sebelum aku keluar,Yuni
sudah keluar duluan dan
badannya mendadak jadi
lemas.Aku segera
mencengkram pantatnya dan
memeluk
tubuhnya."Akh..."akhirnya
kau keluar juga dengan
perasaan yang melayang-
layang. Spermaku membasahi
vagina Yuni.Aku tidak kuat
lagi menahan tubuh Yuni dan
membiarkan dia terduduk dan
akhirnya penisku pun
tercabut dari vaginanya.
Shinta yang dari tadi
memperhatikan,kembali
mendekatkan kepalanya ke
penisku dan menjilati sisa
sperma yang masih menempel
disana.Yuni pun tidak
ketinggalan,juga menghisap
penisku dan menjilati sisa
sperma yang masih menempel
disana.Kedua kakak beradik
tadi masih dengan lahap
menghisap penisku
bergantian.
Akhirnya kami bertiga
terbaring lemas.Aku berada
ditengah-tengah
mereka.Tanganku masih saja
bergantian meremas-remas
payudara Yuni dan Shinta
bergantian.Mereka juga
masih menikmati remasan
tanganku di
payudaranya.Kami sama-
sama menarik nafas
panjang.Lama kami terdiam.
Tiba-tiba kami dikejutkan
teriakan suara panggilan.
"Shinta,Yuni kalian dimana?
Ini mbak Linda datang
nih...kok nggak ada yang
menyahutin?"
Rupanya kakaknya yang
tertua datang.Shinta lalu
berdiri dan berkata pada
Yuni,
"Yun,biar mbak saja yang
menemuin mbak
Linda,kayaknya dia sendirian
saja kesini.Suaminya
kayaknya nggak ikut tuh..."
Lalu tanpa pakaian sehelai
benangpun Shinta berdiri dan
jalan keluar kamar.Aku kaget
dan bertanya pada Yuni,
"Yun,kalau ketahuan mbak
Linda bagaimana
nih...?"kataku agak cemas.
Tapi Yuni hanya tersenyum
saja dan mengecup bibirku
sebagai jawabannya.
Sementara diluar kamar,mbak
Linda sangat terkejut melihat
adiknya Shinta
menyambutnya tanpa busana
sehelai benangpun.
"Shinta...kamu ngapain..?Kok
nggak pake pakaian...?"tanya
mbak Linda.
Tapi Shinta cuma tersenyum
saja dan berkata,
"Nggak apa-apa kok
mbak...Mbak nggak usah
banyak tanya deh..." sambil
tangannya menggandeng
tangan kakaknya kekamar
Yuni.
Sesampai dikamar Yuni,mbak
Linda kelihatan terkejut
melihatku dan Yuni juga
tanpa pakaian.Shinta segera
menjelaskan,
"Mbak,itu Andrie pacarnya
Yuni...Mbak udah kenal
kan?"kata Shinta.
Sementara aku masih agak
cemas,takut kalau-kalau
mbak Linda marah besar.Tapi
rupanya Yuni mengerti
perasaanku.Dia berkata pada
Linda,
"Mbak ayo duduk
disini,ngapain berdiri
disitu.Apa mbak nggak pingin
merasakan punya Andrie
yang perkasa ini..?Bukankah
Mbak dulu bilang kalau nggak
pernah puas kalau main
sama suami mbak...?"
Mulanya mbak Linda ragu-
ragu.Tapi Shinta segera
menarik tangan kakaknya
dan mengajaknya duduk
didekatku yang juga sama-
sama bugil dengan adik-
adiknya.Akhirnya mbak Linda
duduk juga didekatku.Shinta
berkata,
"Ayo Andrie...kita
teruskan,nih kakaknya Yuni
yang paling tua udah
datang.Dia nggak pernah
puas kalau main.Mungkin
kamu ketemu lawan
tangguh...,"kata Shinta
bercanda.
Mbak Linda dan Yuni kulihat
hanya tersenyum saja.
"Sekarang aku dan mbak
Shinta cuma nonton aja,kamu
main sama mbak Linda...habis
kami capek sih..."kata Yuni
dengan manjanya.

-mbak menik-

Untuk anak muda yang belum
beristeri hal ini mungkin tidak
akan pernah tau bagaimana
nikmatnya bersenggama
dengan wanita yang sedang
hamil......
bagi yang telah beristeri tapi
isterinya mandul atau
bapaknya yang
mandulpun....tidak akan
mungkin merasakan memek
panas dan hangat punya
wanita yang sedang hamil.....
mencari ditempat hiburan
malam atau ditempat
prostitusipun tidak akan
mungkin menemukan wanita
yang sedang hamil
menawarkan dirinya....atau
menjajakan dirinya....
aku.....pernah
merasakannya......dan bukan
dengan isteriku............begini
kisahnya:...........
aku menyusuri Jalan di
kawasan perumahan elit
yang mulai sepi karena
kebetulan hujan gerimis.
Ditengah perjalanan aku
melihat perempuan setengah
baya berdiri di bawah pohon
di pinggir jalan. Aku merasa
kasihan lalu aku
menghentikan mobil dan
menghampirinya.
Aku bertanya, "Ibu sedang
menunggu apa?"
Dia memandangku agak
curiga tapi kemudian
tersenyum. Dalam hati aku
memuji, Manis juga ibu ini
walaupun umurnya
kelihatannya di atasku
sekitar 34 -36 tahun kalau
digambarkan seperti artis
Misye Arsita dan saat itu
perutnya agak membuncit
kecil kelihatan sedang hamil
muda.
"Kalau ke manukan naik
angkot apa ya Dik?"
"Wah jam segini sudah habis
Bu angkotnya, Gimana kalo
saya antar?"
Dia kelihatan gembira. "Apa
tidak merepotkan?"
"Kebetulan rumah saya juga
satu arah dari sini, mari
naik!"
Setelah dia ikut mobilku, Ibu
itu bercerita bahwa dia
berasal dari Jawa Tengah,
dia sedang mencari suaminya
yang kebetulan baru 2
minggu kerja sebagai sopir
bis jurusan Semarang-
Surabaya, keperluannya ke
sini hendak mengabarkan
kalau anaknya yang pertama
yang berumur 15 tahun
kecelakaan dan dirawat di
rumah sakit sehingga butuh
uang untuk perawatan
anaknya. Kebetulan alamat
yang di tulis oleh suaminya
tidak ada nomer teleponnya.
Sesampainya di alamat yang
dituju kami berhenti. Setelah
di depan rumah ketika akan
mengetuk pintu ternyata
pintunya masih digembok,
lalu kami bertanya pada
tetangga sebelah yang
kebetulan satu profesi.
"Suami Ibu paling cepat 2 hari
lagi pulangnya. Baru saja
sore tadi bisnya berangkat
ke Semarang. Kebetulan kami
satu PO."
Kemudian kami permisi pergi.
Kelihatan di dalam mobil dia
sedih sekali.
"Terus sekarang Ibu mau ke
mana?" tanyaku.
"Sebenarnya saya pengin
pulang tapi.. pasti saya nanti
di marahi mertua saya kalau
pulang dengan tangan
kosong, lagian uang saya
juga sudah nggak cukup
untuk pulang."
"Begini saja, Ibu kan
rumahnya jauh, capek kan
baru nyampek trus pulang
lagi.. apalagi kelihatanya ibu
sedang hamil, berapa
bulan?"
"Empat bulan ini Dik, trus
saya harus gimana?"
"Dalam dua hari ini Ibu tinggal
saja di rumah saya, kan
nggak jauh dari manukan
nanti setelah dua hari ibu
saya antar ke sini lagi,
gimana?"
"Yah terserah adik saja
yang penting saya bisa
istirahat malam ini."
"Oh ya, boleh kenalan.. nama
Ibu siapa dan usianya
sekarang berapa?"
"Panggil saja aku Mbak
Menik, dan sekarang aku 35
tahun."
Malam itu, dia kusuruh tidur
di kamar samping yang
biasanya dipakai untuk
kamar tamu yang mau
menginap. Rumahku terdiri
dari 3 kamar, kamar depan
kupakai sendiri dan isteriku,
sedang yang belakang untuk
anakku yang pertama. Malam
itu aku tidur nyenyak sekali,
kebetulan malam sabtu dan di
kantorku hanya berlaku 5
hari kerja jadi sabtu dan
minggu aku libur. Sebenarnya
aku ingin pergi ke Malang
tapi karena ada tamu,
kutangguhkan kepergianku
minggu depan.
Sekitar jam 8 pagi aku
bangun, kulihat sudah ada
kopi yang sudah agak dingin
di meja makan serta
beberapa kue di piring.
Mungkinkah ibu itu yang
menyajikan semua ini. Lalu
setelah kuteguk kopi itu aku
bergegas ke kamar mandi
untuk cuci muka dan kencing.
Karena agak ngantuk aku
kurang mengawasi apa yang
terjadi, saat aku selesai
kencing aku tidak sadar
kalau di bathup Mbak Menik
sedang telanjang dan
berendam di dalamnya.
Matanya melotot melihat
kemaluanku yang menjulur
bebas, ketika aku membalik
ke samping aku kaget dan
sempat tertegun melihat
tubuh telanjang Mbak Menik,
tubuh yang kuning langsat
dan mulus itu terlihat
mengkilat karena basah oleh
air dan buah dadanya.. wow
besar juga ternyata, 36B.
Pasti empunya gila seks. Lalu
mataku berpindah ke sekitar
pusarnya, di atas liang
senggamanya tumbuh bulu
kemaluannya yang lebat. Tak
sadar kemaluanku tegak
berdiri dan aku lupa kalau
belum mengancingkan celana,
Dan Mbak Menik sempat
tertegun melihat
kejantananku yang lumayan
besar, panjangnya 17 cm
tapi kemudian.. "Aouuww, Dik
itunyaa!" kata Mbak Menik
sambil menutup buah
dadanya dengan tangan
serta mengapitkan kakinya.
Aku baru sadar lalu buru-
buru keluar.
Di kamar aku masih
membayangkan keindahan
tubuh Mbak Menik. Andai saja
aku bisa menikmati tubuh itu..
aku malah berpikiran ngeres
karena memang sudah lama
aku tidak mendapat jatah
dari isteriku, ditambah lagi
situasi di rumah itu hanya
kami berdua. Lalu timbul niat
isengku untuk mengintip lagi
ke kamar mandi, ternyata dia
sudah keluar lalu kucari ke
kamarnya. Saat di depan
pintu samar-samar aku
mendengar ada suara
rintihan dari dalam kamar
samping, kebetulan nako
jendela kamar itu terbuka
lalu kusibakkan tirainya
perlahan-lahan. Sungguh
pemandangan yang amat
syur. Kulihat Mbak Menik
sedang masturbasi, kelihatan
sambil berbaring di ranjang
dia masih telanjang bulat,
kakinya dikangkangkan
lebar, tangan kirinya
meremas liang
kewanitaannya sambil jarinya
dimasukkan ke dalam lubang
senggamanya, sedang
tangan kanannya meremas
buah dadanya bergantian.
Sesekali pantatnya diangkat
tinggi sambil mulutnya
mendesis seperti orang
kepedasan, wajahnya
kelihatan memerah dengan
mata terpejam.
"Ouuhh.. Hhhmm.. Ssstt.." Aku
semakin penasaran ingin
melihat dari dekat, lalu
kubuka pintu kamarnya
pelan- pelan tanpa suara
aku berjingkat masuk. Aku
semakin tertegun melihat
pemandangan yang
merangsang birahi itu.
Samar-samar kudengar dia
mendesis...desis...i.. Sss
Ahh.." Ternyata dia sedang
membayangkan sedang
bersetubuh , dia sedang
bermasturbasi....................

Rabu, November 23

-bispak-

Malam Minggu
tanggal 21 Agustus 2005
kemarin ibuku pergi
kerumah temannya yang
ada diyogyakarta tapi aku
nggak mengerti apa
urusan mereka. Yang
penting aku ditinggalin
duit dan terutama bisa
berduaan dengan pacarku
yang bernama Ayu. Saat
itulah kejadian yang benar
benar nggak akan aku
lupakan ini terjadi.
Saat ibuku berangkat ke
yogya sekitar jam 16.30
aku segera mengambil
sepeda federalku dan
pergi kerumah Fitri
sahabat pacarku yang
jarak rumahnya sekitar
satu kiloan. Saat sampai
dirumah Fitri aku langsung
menyuruh Fitri menjemput
Ayu sementara aku
menunggu dirumahnya Fitri.
Saat menunggu aku
bermain dengan adik Fitri
yang masih kelas 5 SD.
Adik Fitri bernama Mala. Dia
kelas 5 SD tapi sudah
seperti anak kelas 3 SMP,
bongsor dan sexy.
Susunyapun sudah seperti
anak remaja, ukurannya
32 A tapi fikiranya masih
anak kecil. Tingginyapun
sama hampir sama seperti
kakaknya malahan tinggi
Mala. Saat itu orang tua
Fitri pergi keMatahari
Klaten dan mereka berdua
ditinggal pergi. Aku dan
Mala bermain diruang tamu
yang agak tertutup dari
luar sambil nonton tv. Aku
duduk disebelah Mala yang
juga duduk disebelahku.
Saat itu Mala memakai
daster longgar dengan rok
mini sepaha sehingga saat
dia duduk seperti saat ini
akan tersingkap. Paha
mulusnya kelihatan hingga
celana dalamnya yang
berwarna putih kelihatan.
Karena pemandangan itu
kontolku langsung tegang
mendesak celana jinsku.
“Mala main pengantinan
yuk” ajakku berusaha
untuk mencari cara agar
dapat meraba tempik Mala
atau susunya.
“Mas In main apa sih?”
kata Mala nggak mengerti.
“Sini, saat ini pengantin
cowoknya sedang main
sayang sayangan dengan
pengantin ceweknya”
kataku sambil berusaha
menariknya kepangkuanku
menghadapku, diapun diam
menurut. Saat sudah
dipangkuanku rok mininya
aku singkapkan agar
kontolku pas ditempik Mala.
“Lalu cowoknya mencium
susu ceweknya seperti ini”
kataku sambil menurunkan
tali dasternya yang
longgar, mala diam saja.
Aku melorotkanya sampai
melewati tangannya lalu
melepaskan daster
atasnya. Ternyata Mala
tidak memakai kaos dalam
sehingga langsung
telajang dada ketika
dasternya aku pelorotkan.
Bentuk susu kecil Mala
sungguh luar biasa
indahnya. Kecil mungil
masih sebesar jambu biji
dengan puting coklat
mudanya mencuat sebesar
biji kacang tanah.
Sekitarnya coklat muda
melingkar mengelilingi
putting yang mencuat. Aku
sungguh terpesona
Aku lalu menunduk dan
menjilat puting imut Mala
dan kemudian mulai
melumat lumatnya gemas.
“Mhh mas In geli, susu
Mala kok diisep sih”
katanya polos banget.
“Kan yang cowoknya
sayang sama ceweknya”
kataku lalu melanjutkan
melumati susu Mala kanan
kiri bergantian. Lama
kelamaan Mala mulai
menyukainya karena
kepalaku dipeluknya erat
erat.
Tanpa dia sadari tanganku
mulai meraba tempiknya
yang masih terlapis celana
dalam putih. Aku mulai
meraba dari atas lalu mulai
kebawah. Disaat sampai di
depan lubangnya yang
kecil dan juga pas didepan
kontolku, aku membuka
celanaku dan menarik
keluar kontolku dari celana
dalamku dan
membiarkannya mengenai
tempiknya. Aku lalu
menyelipkan kontolku
kedalam celana dalam Mala
lalu menggesek
gesekkannya pelan pelan.
Mala nggak sadar karena
keenakan susunya aku
lumat lumat.
“Mhhh mas In apa nih yang
ngganjel” katanya lalu
tangannya memegang
kontolku yang masuk
kedalam celana dalamnya
menggesekkan dengan
tempik Mala.
“Nggak apa apa Mala, saat
ini cowoknya mau buat adik
sama ceweknya” kataku
sambil terus menggesek
gesekkan kontolku
ditempik Mala. Tangan Mala
aku naikkan lagi dan aku
kembali melumat susu Mala
dan juga mempetting Mala
hingga kurasakan lama
lama tempik Mala basah
juga. Mungkin karena
keringat atau cairan apa
aku nggak tau.
Kudengar diluar ada becak
yang datang didepan
rumah Fitri. Kudengar juga
suara ibunya Fitri sedang
membayar ongkos becak.
Aku lalu buru buru
menurunkan Mala dan
memasukkan kontolku
kedalam celana dalamku
lalu menutup resletingnya.
“Mala naikkan dastermu
nanti dimarahi mama lho
tuh mama dateng” kataku
lalu menarik tali daster
Mala keatas.
“Iya mas, mama dah
dateng” kata Mala polos
lalu keluar menghampiri
mamanya.
“Ahh syukurnya” kataku
dalam hati karena hampir
saja ketahuan. Tenang
deh ntar kamu juga dapet
bagian juga kata hatiku
sambil membelai kontolku
yang masih ngaceng.
“Eh Indra lagi nunggu Fitri
yah, mana Fitri?” kata
mamanya Fitri ramah
karena aku sudah sering
main kesana
“Lagi jemput Ayu bu lek”
kataku.
“ooh ya sudah” lalu Iapun
masuk kekamarnya.
“Mas lain kali main lagi yah
kayak tadi” kata Mala.
“Iya sayang tapi jangan
bilang siapa siapa yah”
kataku lalu meremas
susunya yang kelihatan
mengintip menggoda.
“Ahhh mas In sakit tau”
kata Mala merengut sambil
menutupi susunya.
“Jangan bilang bilang yah”
kataku lalu Mala
mengangguk dan menyusul
mamanya kekamar. Aku
kembali menunggu Fitri.
Tak lama kemudian Fitri
datang sambil membonceng
Ayuku yang kusayang.
“Eh say kamu sudah izin
kalau mau nginap?”
tanyaku setelah Ayu
datang dan duduk
disampingku.
“Sudah sayang, aku izin
kalau akan nginap dirumah
Fitri” katanya.
“Ya sudah deh beres
kalau gitu” kataku
“Eh sekarang kita
kerumahnya Fandi lalu
keinternet bareng” kataku.
“Ya sudah kalau gitu aku
ambil sepedaku dulu dan
pamit kemama” kata Fitri
masuk kedalam dan tak
lama keluar membawa
sepedanya disusul ibunya.
“Bu lek kami main dulu
yah” kataku berpamitan
kepada mama Fitri lalu kami
bertiga langsung pergi
bareng kerumah Fandi
pacar Fitri.
O iya aku belum
memperkenalkan diriku,
Ayu dan juga teman
temanku. Namaku Krishna.
Aku bersekolah sebuah
madrasah di Klaten kelas
1. Kata teman temanku aku
orangnya mirip bintang film
Bollywood tapi yang mana
aku sendiri nggak merasa
begitu. Tinggiku sekitar
173-175cm. Aku tinggi
karena aku sering latihan
Tae Kwon Do.
Penampilanku juga gaul
dan funky jadi nggak
kampungan.
Ayu siswi kelas tiga di SMP
Negri 4 Klaten. Ayu
orangnya tinggi semampai
(sekitar 160cm), berambut
panjang dan juga berkulit
kuning langsat bodynya
pun sangat sintal jadi
kalau dinilai dia dapat 9,
nggak 10 karena aku
belum pernah bersetubuh
dengannyaJ. Dia kalau
diamati persis sekali
dengan Nilam Koesworo
penyanyi dangdut ibukota,
dandanan Ayu juga gaul
dan sexy menambah nilai
lebih baginya saja. Ayu
juga banyak yang
mengejar terutama teman
sesekolahnya tapi dia lebih
memilihku. Ayu juga
montok, BH nya berukuran
32b dan pantatnya
membulat indah.
Kalau Fitri nggak kalah
cantik dari Ayu tapi Fitri
agak pendek dan juga
hidungnya nggak
semancung Ayu. Dia mirip
Lyra Virna model dan juga
presenter Tv itu. Dia juga
sexy tapi sayang susunya
masih imut maklumlah masih
kelas dua SMP. Sekolahnya
di SMP Negri 3 Klaten jadi
nggak sama dengan Ayu.
Kalau Fandi anak kelas
satu diSMU Negri 3 Klaten
orangnya tampan dan
berkulit putih. Dia mirip
sekali dengan kiannya
Westlife tentu juga banyak
yang menginginkan Fandi
menjadi cowoknya.
Setelah sampai dirumah
Fandi kami langsung pergi
keluar jalan jalan
berempat. Aku membonceng
Ayu dan Fandi membonceng
Fitri dengan sepeda
federal kami masing
masing. Suasana malam itu
benar benar romantis
banget. Kami berempat
langsung menuju warnet
LUV yang dekat dengan
jarak rumah Fandi. Kami
berempat memang memiliki
hobby yang sama yaitu
catting diinternet atau
membuka situs BF. Setelah
puas kami berempat keluar
dari warnet dan menuju
kerumahku.
Kami berempat menuju
kerumahku dengan
sepeda. Setelah sampai
Fandi dan Fitri menuju
kamarku. Aku cuma
tersenyum geli.Pasti deh
mereka mau peting lagi
kataku dalam hati. Aku lalu
menutup pintu rumahku
dan memadamkan lampu
ruang depan agar telihat
seperti kosong.
Aku dan Ayu lalu duduk
dilantai ruang makan
beralaskan tikar sambil
nonton tv. Ayu duduk
didepanku sambil rebahan
didadaku.
Lagi asyiknya memeluk Ayu
aku mendengar teriakan
kecil Fitri. Aku lalu melihat
apa yang terjadi didalam
kamarku.Aku langsung
menyibakkan tirai kamarku
yang menutupi kamar
tidurku. Aku cuman bisa
terdiam saat menyaksikan
Fitri ditindih Fandi dengan
telanjang bulat. Fitri
dibawah seperti
merasakan kesakitan
namun juga kenikmatan.
Ternyata tadi Fandi
menusuk tempik Fitri
dengan kontolnya. Kulihat
cairan putih kental
bercampur merah darah
diselakangan Fitri.
Ternyata Fitri masih
perawan. Aku lalu keluar
kamar nggak mau
mengganggu kenikmatan
mereka. Aku lalu kembali
keruang makan dan
kembali memeluk Ayuku.
“Ada apaan sih mas In?”
tanya Ayu penasaran
“Nggak mereka lagi
kawin”kataku. Saat itu
terdengar rintihan rintihan
antara kesakitan dan
kenikmatan lirih.
“Sshhh.. aahkkhh..
aahkkh.. uuhh” desahan
itu terdengar
menggairahkan.
“Dengar nggak kamu
yang?” tanyaku
“Iya mas, asyik yah
kayaknya. Dah kebelet
kali” kata Ayu
“Cobain yuk, kayaknya
enak deh” kataku
“Iya tapi jangan disini.
Dikamar aja yah” kata Ayu
“Iya kita kekamar
sebelah” kataku lalu
bangkit berdiri sambil
menuju kamar sebelah
diikuti Ayu.Sesampai
dikamar aku lalu
menyibakkan rok Ayu lalu
melorotkan celana
panjangku dan celana
dalamku sekalian hingga
lepas. Kontolku tegak
mengacung acung keras
karena tidak ada
penghalang. Saat rok Ayu
tersibak langsung terlihat
tempiknya yang mungil
tetapi rimbun dengan
rambut halus karena tadi
celana dalamnya sudah
aku lepas dan kukantongi.
Aku lalu melepas rok mini
Ayu dengan menarik
resleting belakangnya.
Lepaslah sudah
penghalang kelamin kami
tinggal atasan kami. Kami
lalu saling melumat dan
memainkan lidah kami
seperti kesetanan karena
kami sudah terangsang.
Kontolku aku gesek
gesekkan diperut Ayu
yang mulus. Ahhh
nikmatnya helemku
tergesek kulit mulus.
Tanganku lalu melepas
kaos singlet Ayu dengan
mengangkatnya keatas
melewati kepala kami.
Sekarang Ayu tinggal
memakai BH birunya. Aku
lalu melepaskan baju
atasanku sampai aku bugil.
Tanganku meraih
kepunggung Ayu dan
meraih kaitan BH Ayu lalu
melepasnya dan membuang
BH Ayu kelantai kamar.
Kami lalu naik keranjang
berdua. Aku langsung
menindih Ayu dan melumat
puting kanan Ayu.
“Ugh.. masshh” rintihan
Ayu sangat indah didengar.
Kulumat puting Ayu kanan
kiri bergantian sementara
kontolku aku gesekkan
nail turun diselakangan
dan tempik Ayu lalu aku
menurunkan ciumanku
keleher putihnya Ayu
kemudian membuat cipokan
yang memerahkan leher itu
dibeberapa tempat. Setelah
puas membuat kenangan
untuk Ayu dilehernya
sebagai tanda bahwa
malam ini kami lagi gituan
lalu aku menjilat dada atas
Ayu hingga jilatanku
sampai pada putingnya
yang merah kecoklatan.
Aku menjilatinya sebentar
lalu aku melumatinya
bergantian kanan kiri
kanan kiri sambil aku
remas remasnya. Bila aku
melumat yang kiri tanganku
meremas yang kanan tapi
bila aku melumat yang
kanan maka aku meremas
yang kiri sehingga susu
Ayu semakin keras dan
mumbul.
Setelah puas aku nyusu
aku lalu menjilat perut Ayu
sebentar sampai jilatanku
mengenai bulu
tempiknya.Terasa geli saat
bulunya mengenai
hidungku. Aku lalu menjilati
lipatan membelah merah
ditempik Ayu.
“Mmhhh.. sshh.. aaahhh..
maasshh geli” rintihan Ayu
menggemaskan. Saat aku
menjilati sambil terkadang
menyedot nyedotnya.
Basah sekali ditempiknya.
Aku lalu menyelusupkan
lidahku ditempik sempit Ayu
lalu menjilatinya dengan
cara mengeluar
masukannya.
“Aahhh.. maasshh geeliii”
rintihanya saat kujilati.
Setelah aku puas menjilati
tempik Ayu lalu aku
berlutut didepanya.
“Yang emutin dong iniku”
kataku sambil memegangi
kontolku.
“Emoh ah geli aku”
katanya sambil begidik geli.
“Nggak apa apa sayang,
ayo dong” aku sedikit
memaksa sambil
mendorong pinggangku
maju dan mendekatkan
kepala Ayu
keselakanganku. Ayu lalu
mulai menjilati helm
kontolku. Geli bercampur
enak mulai kurasakan.
Lama lama Ayu mulai
memasukkan kontolku
kedalam mulutnya. Mulanya
kena giginya. Sakit tapi
enak menggelikan.
“Ahh yang jangan kenain
gigi” kataku sambil
memegang kepala Ayu. Ayu
terus saja melumat lumat
kontolku sambil sesekali
melirik kearahku yang
merem melek keenakan.
“Enak yah say” katanya
sambil tertawa kecil.
“He eh terusin dong” aku
meminta kembali lalu Ayu
ngemut kontolku lagi. Kali
ini aku memaju mundurkan
pinggangku seperti
menyetubuhi mulut Ayuku.
Sensasinya antara enak
dan sakit karena kena
giginya tapi malah
membuatku merasa nikmat.
Setelah puas dikemutin Ayu
lalu aku melepaskan
kontolku dari mulut Ayu.
“Yang dimulai aja yuk, aku
sudah nggak tahan nih
yang” kataku lalu mencium
bibir merahnya. Dia
membalas kecupanku lalu
menjawab.
“Iya, Ayu juga kok sayang.
Aku sudah penasaran tapi
pelan pelan yah yang”
katanya manja.
“Iya deh sayang” jawabku
lalu aku memposisikan diri
diatas tubuhnya lalu
mengepaskan kontolku
dilubang tempik Ayu.
Setelah pas dilubangnya
lalu aku coba mendorong
pelan pelan.
“Uhkhh…” ternyata susah
juga maklum kontolku
memang gede(18cm dengan
diameter 5 cm). Setelah tiga
kali mencoba dorong
akhirnya kepala kontolku
masuk juga. Walau baru
kepala kontolku Ayu
kelihatan meringis
menahan sakit sepertinya.
Aku lalu mencoba
mendorong pelan sekali
takut menyakiti Ayu.
“Sleeph…” pelan pelan
kontolku masuk tapi
setelah 1/3 nya kontolku
terhalang selaput tipis
sekali seperti mencegah
kontolku masuk lagi.
“Yang apaan nih kok
nggak bisa masuk lagi?”
tanyaku penasaran.
“Nggak tau lah mas”
jawab Ayu sambil menggigit
bibir menahan perih lalu
aku menghentakan
pinggangku keras keras
kedalam tempik Ayu.
“Aaahhhkkkhhhh…”
teriaknya kesakitan saat
semua kontolku masuk
kedalam tempiknya. Saat
kontolku masuk semua
seperti ada sesuatu yang
robek tadi.
“Aduh mas tahan
sebentar” kata Ayu sambil
memegangi pinggangku
erat.
“Tahan yah sayang, kata
orang bila pertama kali
akan sakit gini” kataku
tetap menindihnya.
Rasanya sempit, enak,
peret dan juga seperti
diremas remas pelan pelan
oleh dinding hangat dan
lunak. Pokoknya enaaakk
sekali. Setelah Ayu agak
enakan nggak merintih lagi
aku mulai mencoba
menggoyangkan
pinggangku naik turun
walau masih pelan sekali
karena peretnya tempik
Ayu.
“Sleeephh.. bleess.. slleep..
blleess.. sleep” pelan
pelan kontolku keluar
masuk pelan pelan
sedangkan Ayu menggigit
bibir bawahnya menahan
perih.
“Mmhhh maasshhh
sakiithh” katanya pelan
sekali sambil merintih
rintih.
“Iyahh.. sayanghhh.. tahan
yah nanti juga ilang”
kataku diselingi desahan
nikmat dan linu
dikontolku.Rasanya seperti
diremes keras keras.
Setelah agak lama menaik
turunkan kontolku, tempik
Ayu sudah agak lancar.
Ayupun sudah nggak
merintih kesakitan lagi
bahkan rintihan sakitnya
berubah menjadi desahan
keenakan.
“Maasshh.. aahhh.. oohh..
sshhh.. aahhhh.. iaahhh”
desahannya sambil
penggangnya dinaikkan
saat kontolku keluar
tinggal helemnya saja lalu
kaki indahnya menjepit
pinggangku erat erat.
“Aaahhh… sshh… aaahh…
sshhh… aaahkhhh mass In
enaakkhh sekarang
cepetin dong kocokanya
Ayu geli nih.. aahhh..
aaahhh.. aaa” katanya
diantara desah sungguh
menggoda.
“Iyah sayang akuu
jugaaa.. aaahhh.. oohh..
mmhhh” desahanku juga
geli geli nikmat dikontolku.
Tiba tiba…
“Masshhh In.. Ayyuu
aahkk.. ohhhkkhh”
desahanya
“Ayu knapa
sayanghh…”jawabku.
“Aaahh… oohhh Ayu mau
pipis… iaahhhh” lalu
sseerrrr.. serrr… serrr.
Ada cairan hangat dan
kental mengenai helemku.
Oh rupanya Ayu keluar.
“Aahhkhh… oohhh tahan
masshh bentaaarrr…
aaaaaa…” teriaknya saat
aku tetap menaik turunkan
pinggangku saat Ayu
keluar. Rupanya geli
banget. Lalu aku berhenti
sejenak menunggu Ayu
yang kepayahan karena
pejuhnya keluar tadi tanpa
mencabutnya.
“Enak nggak sayang”
tanyaku sambil membelai
belai rambut panjangnya.
“Ehmm nggak tau lah”
jawabnya malu malu. Kaki
Ayu tetap menjepit
pinggangku malah semakin
erat. Setelah agak lama
kami istirahat sambil saling
berciuman memainkan
lidah,aku mulai
menggoyangkan
pinggangku naik turun lagi.
Kembali Ayu mendesah
desah keenakan.
“Oohh… aahhh… maass In
teruusshhh iyaahhh gitu
maasshhh jangan berenti”
desahannya keenakan
sementara itu aku
mendengar ada dua suara
orang seperti habis berlari
jauh lalu aku menoleh
kesamping kanan.
Disamping kananku ada
dua orang yang sedang
mengawasi kegiatan kami.
Ternyata Fandi dan Fitri
berdiri berdampingan
sambil melihat kami. Fitri
menyandarkan kepalanya
didada Fandi sedangkan
tangan Fandi merangkul
bahu Fitri.
“Napa brenti sih mas”
kata Ayu nggak sabaran.
“Itu ada Fandi dan Fitri”
kataku
“Eh kalian dah enakan
belum” tanya Ayu kepada
mereka tanpa malu malu
lagi disaat sedang aku
setubuhi.
“Iyah enak kok” jawab
Fandi
“He-eh” sahut Fitri
“Ya sudah tunggu kami
yah” sambung Ayu lagi
“Yuk mas lanjuti Ayu belum
puas nih” Ajaknya
kepadaku lalu aku kembali
menaik turunkan
pinggangku.
“Aahhh… oohhh…
eennaaakkhhh… maasshhh
In terusin kenthu Ayu
sampai puas” desahan Ayu
dibesar besarkan karena
ada Fandi dan Fitri. Aku
tidak peduli karena aku
merasa ada yang mau
keluar dikontolku.
“Yaanghhh aku mau keluar
nih” kataku lalu aku
menggenjot tempik Ayu
semakin keras.
“Iya… sama sama masshh…
aaahhhh…” jawabnya
disertai desahan karena
Ayu juga mau sampai.
Slepph… sleephh… sleepp,
kontolku semakin cepat
keluar masuk ditempik Ayu
karena sama sama merasa
nggak mau berenti.
Sreett… sreett…
ssrreeeettt… pejuhku
keluar didalam tempik Ayu
sebanyak empat kali. Tak
lama kemudian disusul Ayu
yang memeluk tubuhku
erat erat disusul helemku
seperti disiram cairan
lengket dan hangat.
Setelah agak mereda
orgasme kami aku
langsung ambruk
disamping Ayu sambil
terengah engah. Sedang
Ayu terbaring lemas sambil
tersenyum puas.
“Enak yah tadi mainnya?”
tanya Fitri sambil duduk
disamping Ayu.
“He-eh… nikmat banget
sampai kepayahan” kata
Ayu.
Kami berempat lalu keluar
dari kamar dan berbaring
diruang makan sambil
telanjang bulat.Kami
sengaja bertelanjang
karena kami merasa sudah
nggak ada jarak lagi
diantara kami berempat.
“Kamu bikin aku kewalahan
juga yah dik” kata Ayu
sambil membelai belai
kontolku.
“Iya nih bikin orang
dewasa nggak nahan aja”
sahut Fitri sambil meremas
punya Fandi dengan
gemes.
Aku hanya meringis saja
kegelian sambil memeluk
kepala Ayu sedangkan
Fandi tertawa
pelan.Setelah kejadian itu
kami sering melakukannya
dikamarku,kamar Fandi
atau juga bila hanya kami
berdua sering melakukan
dikamarku karena rumahku
kalau malam sepi. Setelah
empat bulan Fitri hamil
karena Fandi sering
mengeluarkannya didalam
dan aku sering pakai
kondom. Sedangkan Mala
lebih sering aku kerjain
sampai Mala keluar atau
aku suruh ngemut kontolku
bila rumah Ayu sepi atau
bila Mala sedang sendirian
dirumah.

.MantaP.

-kost-

Anak kost bugil ngentot di
kamar – Kota Cirebon
untuk menemui pacarku
yang bernama Ai
Setelah melepas rindu di
siang hari yang panas,
sore hari Ai dan teman-
teman kost sejawatnya
yang dokter umum
ada acara di kantor dinas
kesehatan Cirebon
“ikut yuk” ajak Ai
kepadaku, agar ikut ke
acara tersebut
“gak ah, males” balasku,
aku pikir ngapain ke acara
yang kagak tau ujungnya
“biar mas tunggu di kost
aja, tar habis isya, keluar
ke Grage” tambahku,Grage
merupakan Mall yang
terbesar di Cirebon
“ok, klo gitu aku
berangkat dulu ya
sayang” pamit Ai dengan
genitnya
Sore itu jam menunjukkan
pukul 15:00 WIB, rasanya
gerah sekali padahal tadi
sudah mandi setelah
bercinta dengan Ai
“mandi dulu ah” kataku,
sambil bicara sendiri
waktu keluar kamar, aku
berpapasan dengan May
yang merupakan penghuni
kamar sebelah, yang
berprofesi sebagai dokter
gigi
May berpawakan seksi
dengan tinggi 160cm,
dengan payudara 34b,
kulit putih bersih dengan
rambut panjang lurus
May sudah menikah namun
suaminya kerja di
Bandung, tiap jum’at
sampai minggu suaminya
selalu datang ke Cirebon
“sore mas Dito” sapa May
dengan ramah
“sore May, kok gak ikut
rapat? sapaku sambil
bertanya
“ga lah, kan aku dokter
gigi, yang ikut kan hanya
dokter umum” jawabnya
“O..beda ya, lho suaminya
mana” tanyaku lagi
“minggu ini gak datang
mas, karena ada tugas
keluar kota..huuh padahal
lagi kangen-kangennya”
jawab May dengan muka
agak sedih
“lagi sibuk ya, tapi santai
aja kan masih ada minggu
depan” jawabku dengan
nada menghibur
“enaknya Ai dah di temuin
ma pacarnya, apalagi
kayak tadi siang” kata
May sambil tersenyum
“tadi siang?? tadi siang
knapa” tanyaku dengan
nada heran
“iya tadi siang, jangan
berlaga bego donk mas,
tadi siang kan mas ML ma
Ai…benerkan?” tanya May
sambil senyum-senyum
penuh investigasi
“masa sih” jawabku
dengan panik, busyet
ketahuan dah
“tapi tenang aja mas, gak
aku bilangin ke siapa-
siapa kok, habis mas klo
ML tutup pintunya yang
bener” kata May dengan
entengnya
“mas aku mau minta tolong
nih” kata may sambil
pegang tanganku
“minta tolong apa May?”
jawabku dengan heran
” ayo masuk dulu mas”
jawab dia sambil menarik
diriku masuk ke kamarnya
Ternyata kamar kost May
sangat bersih dan rapi
terus terlihat lebih lapang
daripada kamar yang
ditempati Ai
walaupun ukuran
kamarnya sama yaitu 3×4
dan diatas meja kecil
terdapat foto suaminya
dan foto pernikahan May
“gini mas, kan mas tahu
kalau sekarang suami May
gak bisa datang” kata May
“trus” jawabku
“padahal May lagi kangen-
kangennya, May pingin ML
ma suami May mas”
jelasnya dengan mimik
muka melas
“lha bukannya minggu
kemarin dah ML” jawabku
“enggak, minggu kemarin
aku lagi mens, jadi ya ga
ML” kata May
“trus apa hubungannya ma
aku May?” aku bertanya
dengan tampang bloon dan
gak punya dosa
“ya…aku mau mas Dito jadi
pengganti suamiku
sementara, mau ga?”
jawab May
“wah kayak dapat durian
jatuh nih, diajak ML sama
cewek seksi lagi” pikirku,
trus dengan tegas aku
jawab “mau”
Langsung saja May
memelukku dengan mesra,
kami saling menatap dan
kudekatkan bibirku tanpa
basa-basi May melumat
bibirku dengan nafsunya
yang kemudian
kulingkarkan tanganku
pada tubuhnya, kuraba
badannya terus turun
kebawah
akhirnya sampai dengan
pantatnya lalu kuremas aja
pantat yang seksi ini
“mmmm…mmm..” desah May
sambil terus berciuman
setelah FK beberapa lama
kudorong tubuh May ke
pintu kamar, dengan
cekatan tanganku melepas
celana pendek
dan celana dalamnya lalu
terlihat bentuk vagina
yang indah berwarna pink
di selimuti rambut-rambut
yang halus
segera aku cium dan belai
dengan lidah
“mmmmhhh…aaah..” desah
May
“enak mas…aaah” May
berkata pelah dengan
meendesah
mendengar kata itu
langsung kulanjutkan
aksiku dengan menaikkan
tempo iramanya sambil
diselingi gigitan-gigitan
kecil di daerah klitoris
tak selang berapa menit
kemudian paha May
mengapit erat kepalaku,
sehingga mendorong lebih
masuk dan mukaku
menempel erat di
vaginanya
maka lidahku yang
sebelumnya hanya
bermain-main di dinding
luar vagina malah masuk
kedalamnya yang dimana
malah menambah
rangsangannya
begitu nikmat
“aaah…aaah..aaah” suara
desahan May makin gak
karuan
“aaah..aah…
aaaaaaaggghhh hhh”
desahan yang panjang
diiringi dengan tubuh yang
mengejang
setelah itu kami rebahan di
kasur dengan tubuh May
berada di dadaku
“sayang kamu hebat
banget” kata May
“sayang?” tanyaku heran
“iya sayangku…mau kan
sekarang menjadi
pacarku?” rayu dia
“mmmm….boleh aja, knapa
ga” jawabku dengan
enteng
wah mimpi apa aku
semalam, dalam satu hari
dapat bercinta dengan 2
orang dokter-dokter yang
cantik, apalagi salah
satunya cewek yang tinggi
, seksi, bening, dan
rambut panjang lurus,
bukannya Ai tidak seksi, Ai
termasuk cewek yang
seksi, bening namun
memakai jilbab sehingga
rambutnya tertutup jilbab.
ya, cewek seksi dan keren
yang dimana mempunyai
rambut panjang nan lurus
merupakan kesukaanku
setelah beberapa menit
istirahat untuk memulihkan
tenaga, kemudian May
mulai melorot celana
pendek yang aku pakai
“hihihi…” May ketawa kecil
“kenapa” pikirku heran
“punya yayang Dito lebih
kecil daripada punya bang
Aji” kata May, sambil
bandingkan ukuran
penisku dengan punya
suaminya
memang ukuran penisku
hanya kisaran 12cm beda
dengan kepunyaan punya
suami May, yang katanya
ukurannya 15cm
“biarin, jangan salah
kecil-kecil gini cabe rawit
rasanya” kataku dengan
kesal
“maaf..maaf ya sayang”
jawab May dengan
senyuman mautnya, yang
kemudian May mulai gerilya
dengan mulutnya melawan
penisku
“aaah…wow enak May”
kataku sambil merasakan
serangan mulut May ke
penisku
“mmmm…mmmm” suara May
saat emut penisku
“wow..aaah…May stop
May…aaah” cegahku,
rasanya dah mau meledak
karena serangan May
yang begitu brutal
“aagghhh…crot…crot”
desahku merasakan
orgasme, kukeluarkan
sperma di dalam mulutnya
“eemmmhhh…enak rasanya
manis, beda dengan punya
bang Aji asin rasanya”
kata May sambil telan
spermaku
lalu kutarik tubuh May
keatas sampai posisi
duduk diatas dadaku,
posisi woman on top
“wow ternyata penis
sayang dah bangun lagi
ya?” tanya May dengan
heran
“hehehe…tadi kan kena
toket, jadi bangun lagi”
jawabku
“dasar mesum” canda May
May mulai memasukkan
penisku kedalam
vaginanya dengan tangan
pelan-pelan, sampai
setengahnya langsung
kusentakkan masuk
hingga mentok
“aaaah…” desah May
kaget
“gila vagina May ternyata
masih menggigit, sempit,
dan hangat” pikirku
padahal ukuran penis
suaminya lebih besar
daripada
ukuran penisku
lalu mulailah May bergerak
naik turun mulai tempo
pelan sampai tempo tinggi
“aaaah…aaahh…aaaahh”
desah May sambil gerak
naik turun
kuikuti irama gerakan May
naik turun sambil aku
pegang kedua
payudaranya, kuremas-
remas, pelintir-pelintir
pentil
“aaah…aaaah…enak aaah…
sayang enak…aaaah” kata
May sambil mendesah
yang, mulai tidak teratur
5 menit kemudian tubuh
May mengejang yang
menandakan sedang
orgasme
“aaaaggggghhhhh…..haah…
haa ah” jerit May pelan
sambil mengejang
lalu kuposisikan tubuhku
duduk dengan memeluk
tubuh May yang mana
duduk diatas pahaku
dengan kaki melingkar di
pinggulku
sambil kuciumi bibirnya
yang mungil, kubisikkan
“enakka?..sekarang
goyangkan pantatmu”
kemudian May
menggoyangkan pantatnya
pelan
“haaah…aaah…aaah”
desah May
2 menit kemudian aku
bisikkan lagi “lebih cepat
May…aaah..”
yang dimana kemudian May
mempercepat gerakkannya
“aaah…aaah…aaah”
desahnya
“aaah…mmmmhh…aaah
sayang..aaah” desahnya
sambil mencium mulutku
“aaahh…mau keluar May”
tanyaku yang dimana
kurasakan vaginanya
mulai menjepit erat
“aaah…aaah…sayang…aa
ahh” May hanya mendesah
tanpa bisa menjawab
pertanyaanku
“aaahh..aaaah…
aaaaaagggghhh. ..mmmm….mmmm”
jerit May sambil tubuhnya
mengejang
tubuh May roboh
kebelakang, dimana posisi
kakinya masih ngangkang
dan penisku masih dalam
vaginanya
langsung aja aku genjot,
tanpa menunggu May
memulihkan tenaga
“aaah..aaah…aaah” May
mendesah dengan pasrah
karena tenaganya belum
pulih
dengan pelan-pelan
kurobah posisi dari tegak
ke posisi rebahan menindih
tubuh May, dapat
kurasakan gerakan
payudaranya
menggesek dadaku sangat
enak rasanya
tak lama kemudian
kurasakan vaginanya
mulai menjepit penis yang
dimana sebentar lagi may
Orgasme
“aaahh…sayaang..aah…
aaaagg gghhhh” teriak
May pelan
sambil tubuh May
mengejang gara-gara
orgasme, tidak ada tanda-
tanda aku stop genjotanku
“aah..aah..enak?” tanyaku
“mmm…aaaah…enak…aaaa
h” jawab May
5 kemudian kurasakan lagi
vagina May mulai menjepit,
kepercepat goyanganku,
semakin keras jepitan
vaginanya
rasa yang kurasakan tidak
terbayang enaknya,
akhirnya akupun
merasakan mau ikutan
meledak
“aaah..aah..aku mau keluar
sayang…” desahku
“aaahh…aaaah….aku juga…
aaah..aaahhh” jawab May
mau kucabut penisku tapi
rasanya sulit gara-gara
jepitan vaginanya dan
jepitan paha May yang
erat
“aaahh…aaahhh…
aaaaaggghhh. ..hah…haah”
teriak May
“aaaggghhh…crot…crot”
teriakku pelan
kukeluarkan semua
spermaku di dalam
vaginanya yang dimana
resikonya bisa hamil
“…kamu hebat
sayang..beda dengan
suamiku yang hanya kasih
kepuasan sekali..”kata
May dengan mimik puas
“makasih…sayang…”
jawabku
dari sini aku telah ambil
pelajaran yang cukup
berharga bahwa “SIZE
DOESN’T MATTER, THE
MOST IMPORTANT IS
QUALITY OF SEX.

-adik ipar sexy-

Usiaku sudah
hampir mencapai tiga puluh
lima, ya… sekitar 3
tahunan lagi lah. Aku
tinggal bersama mertuaku
yang sudah lama ditinggal
mati suaminya akibat
penyakit yang dideritanya.
Dari itu istriku berharap
aku tinggal di rumah
supaya kami tetap
berkumpul sebagai
keluarga tidak terpisah. Di
rumah itu kami tinggal 7
orang, ironisnya hanya
aku dan anak laki-lakiku
yang berumur 1 tahun
berjenis kelamin cowok di
rumah tersebut, lainnya
cewek.
Jadi… begini nih ceritanya.
Awal September lalu aku
tidak berkerja lagi karena
mengundurkan diri. Hari-
hari kuhabiskan di rumah
bersama anakku,
maklumlah ketika aku
bekerja jarang sekali aku
dekat dengan anakku
tersebut. Hari demi hari
kulalui tanpa ada
ketakutan untuk stok
kebutuhan bakal akan
habis, aku cuek saja
bahkan aku semakin
terbuai dengan
kemalasanku.
Pagi sekitar pukul 9 wib,
baru aku terbangun dari
tidur. Kulihat anak dan
istriku tidak ada
disamping, ah… mungkin
lagi di beranda cetusku
dalam hati. Saat aku mau
turun dari tempat tidur
terdengar suara jeritan
tangis anakku menuju arah
pintu. seketika itu pula
pintu kamar terbuka
dengan tergesanya. Oh…
ternyata dia bersama
tantenya Rosa yang tak
lain adalah adik iparku,
rupanya anakku tersebut
lagi pipis dicelana. Rosa
mengganti celana anakku,
“Kemana mamanya, Sa…?”
tanyaku. “Lagi ke pasar
Bang” jawabnya “Emang
gak diberi tau, ya?”
timpalnya lagi. Aku melihat
Rosa pagi itu agak salah
tingkah, sebentar dia
meihat kearah bawah
selimut dan kemudian salah
memakaikan celana
anakku.
“Kenapa kamu?” tanyaku
heran “hmm Anu bang…”
sambil melihat kembali ke
bawah.
“Oh… maaf ya, Sa?”
terkejut aku, rupanya
selimut yang kupakai tidur
sudah melorot setengah
pahaku tanpa kusadari,
aku lagi bugil. Hmmm… tadi
malam abis tempur sama
sang istri hingga aku
kelelahan dan lupa
memakai celana hehehe….
Anehnya, Rosa hanya
tersenyum, bukan
tersenyum malu, malah
beliau menyindir “Abis
tempur ya, Bang. Mau
dong…” Katanya tanpa
ragu “Haaa…” Kontan aja
aku terkejut mendengar
pernyataan itu. Malah kini
aku jadi salah tingkah dan
berkeringat dingin dan
bergegas ke toilet
kamarku.
Dua hari setelah mengingat
pernyataan Rosa kemarin
pagi, aku tidak habis pikir
kenapa dia bisa berkata
seperti itu. Setahu aku tuh
anak paling sopan tidak
banyak bicara dan jarang
bergaul. Ah… masa bodoh
lah, kalau ada kesempatan
seperti itu lagi aku tidak
akan menyia-nyiakannya.
Gimana gak aku sia-
siakan, Tuh anak
mempunyai badan yang
sangat seksi, Kulit sawo
matang, rambut lurus
panjang. Bukannya sok
bangga, dia persis kayak
bintang film dan artis
sinetron Titi kamal. Kembali
momen yang kutunggu-
tunggu datang, ketika itu
rumah kami lagi sepi-
sepinya. Istri, anak dan
mertuaku pergi arisan ke
tempat keluarga almahrum
mertua laki sedangkan
iparku satu lagi pas kuliah.
Hanya aku dan Rosa di
rumah. Sewaktu itu aku ke
kamar mandi belakang
untuk urusan “saluran
air”, aku berpapasan
dengan Rosa yang baru
selesai mandi. Wow, dia
hanya menggunakan
handuk menutupi buah
dada dan separuh
pahanya. Dia tersenyum
akupun tersenyum, seperti
mengisyaratkan sesuatu.
Selagi aku menyalurkan
hajat tiba-tiba pintu kamar
mandi ada yang
menggedor.
“Siapa?” tanyaku
“Duhhhh… kan cuma kita
berdua di rumah ini, bang”
jawabnya.
“Oh iya, ada apa, Sa…?”
tanyaku lagi
“Bang, lampu di kamar aku
mati tuh”
“Cepatan dong!!”
“Oo… iya, bentar ya”
balasku sambil
mengkancingkan celana
dan bergegas ke kamar
Rosa.
Aku membawa kursi plastik
untuk pijakan supaya aku
dapat meraih lampu yang
dimaksud.
“Sa, kamu pegangin nih
kursi ya?” perintahku
“OK, bang” balasnya.
“Kok kamu belum pake
baju?” tanyaku heran.
“Abisnya agak gelap,
bang?”
“ooo…!?”
Aku berusaha meraih
lampu di atasku. Tiba-tiba
saja entah bagaimana
kursi plastik yang ku injak
oleng ke arah Rosa. Dan…
braaak aku jatuh ke
ranjang, aku menghimpit
Rosa..
“Ou…ou…” apa yang
terjadi. Handuk yang
menutupi bagian atas
tubuhnya terbuka.
“Maaf, Sa”
“Gak apa-apa bang”
Anehnya Rosa tidak
segera menutup handuk
tersebut aku masih berada
diatas tubuhnya, malahan
dia tersenyum kepadaku.
Melihat hal seperti itu, aku
yakin dia merespon.
Kontan aja barangku
tegang.
Kami saling bertatap muka,
entah energi apa mengalir
ditubuh kami,
dengan berani kucium
bibirnya, Rosa hanya
terdiam dan tidak
membalas.
“Kok kamu diam?”
“Ehmm… malu, Bang”
Aku tahu dia belum pernah
melakukan hal ini. Terus
aku melumat bibirnya yang
tipis berbelah itu. Lama-
kelamaan ia membalas
juga, hingga bibir kami
saling berpagutan.
Kulancarkan serangan
demi serangan, dengan
bimbinganku Rosa mulai
terlihat bisa meladeni
gempuranku. payudara
miliknya kini menjadi
jajalanku, kujilati, kuhisap
malah kupelintir dikit.
“Ouhh… sakit, Bang. Tapi
enak kok”
“Sa… tubuh kamu bagus
sekali, sayang… ouhmmm”
Sembari aku melanjutkan
kebagian perut, pusar dan
kini hampir dekat daerah
kemaluannya. Rosa tidak
melarang aku bertindak
seperti itu, malah ia
semakin gemas menjambak
rambutku, sakit emang,
tapi aku diam saja.
Sungguh indah dan harum
memeknya Rosa, maklum ia
baru saja selesai mandi.
Bulu terawat dengan
potongan tipis. Kini aku
menjulurkan lidahku
memasuki liang vaginanya,
ku hisap sekuatnya
sangkin geramnya aku.
“Adauuu…. sakiiit” tentu
saja ia melonjak kesakitan.
“Oh, maaf Sa”
“Jangan seperti itu dong”
merintih ia
“Ayo lanjutin lagi”
pintanya
“Tapi, giliran aku
sekarang yang nyerang”
aturnya kemudian
Tubuhku kini terlentang
pasrah. Rosa langsung
saja menyerang daerah
sensitifku, menjilatinya,
menghisap dan mengocok
dengan mulutnya.
“Ohhh… Sa, enak kali
sayang, ah…?” kalau yang
ini entah ia pelajari
dari mana, masa bodo
ahh…!!
“Duh, gede amat barang
mu, Bang”
“Ohhh….”
“Bang, Rosa sudah tidak
tahan, nih… masukin punya
mu, ya Bang”
“Terserah kamu sayang,
abang juga tidak tahan”
Rosa kini mengambil posisi
duduk di atas tepat agak
ke bawah perut ku. Ia mulai
memegang kemaluanku dan
mengarahkannya ke
lubang vaginanya. semula
agak sulit, tapi setelah ia
melumat dan membasahinya
kembali baru agak sedikit
gampang masuknya.
“Ouuu…ahhhhh….” …
seluruh kemaluanku
amblas di dalam goa
kenikmatan milik Rosa.
“Awwwh, Baaaang…..
akhhhhh” Rosa mulai
memompa dengan
menopang dadaku. Tidak
hanya memompa kini ia
mulai dengan gerakan maju
mundur sambil meremas-
remas payu daranya.
Hal tersebut menjadi
perhatianku, aku tidak mau
dia menikmatinya sendiri.
Sambil bergoyang aku
mengambil posisi duduk,
mukaku sudah menghadap
payudaranya.Rosa semakin
histeris setelah kujilati
kembali gunung indahnya.
“Akhhhh… aku sudah tidak
tahan, bang. Mau keluar
nih.
Awwwhhh??”
“Jangan dulu Sa, tahan ya
bentar” hanya sekali balik
kini aku sudah berada
diatas tubuh Rosa
genjotan demi genjotan
kulesakkan ke memeknya.
Rosa terjerit-jerit
kesakitan sambil menekan
pantatku dengan kedua
tumit kakinya, seolah
kurang dalam lagi
kulesakkan.
“Ampuuuun…… ahhhh…
trus, Bang”
“Baaang… goyangnya
cepatin lagi, ahhhh… dah
mau keluar nih”
Rosa tidak hanya merintih
tapi kini sudah menarik
rambut dan meremas
tubuhku.
“Oughhhhh… abang juga
mau keluar, Zzhaa”
kugoyang semangkin
cepat, cepat dan sangat
cepat hingga jeritku dan
jerit Rosa membahana di
ruang kamar.
Erangan panjang kami
sudah mulai menampakan
akhir pertandingan ini.
” ouughhhhh…. ouhhhhhh”
“Enak, Baaaangg….”
“Iya sayang…. ehmmmmmm”
kutumpahkan spermaku
seluruhnya ke dalam
vagina Rosa dan setelah
itu ku sodorkan ******
ke mulutnya, kuminta ia
agar membersihkannya.
“mmmmmmuaaachhhhh…”
dikecupnya punyaku
setelah dibersihkannya
dan itu pertanda
permainan ini berakhir,
kamipun tertidur lemas.
Kesempatan demi
kesempatan kami lakukan,
baik dirumah, kamar mandi,
di hotel bahkan ketika
sambil menggendongku
anakku, ketika itu di ruang
tamu. Dimanapu Rosa siap
dan dimanapun aku siap.

SekiaN

-akibat ranjang sempit-

Mertuaku adalah seorang
janda dengan kulit yang
putih, cantik, lembut, dan
berwajah keibu ibuan, dia
selalu mengenakan kebaya
jika keluar rumah. Dan
mengenakan daster
panjang bila didalam
rumah, dan rambutnya
dikonde keatas sehingga
menampakkan kulit
lehernya yang putih
jenjang.
Sebenarnya semenjak aku
masih pacaran dengan
anaknya, aku sudah jatuh
cinta padanya Aku sering
bercengkerama dengannya
walaupun aku tahu hari itu
pacarku kuliah. Diapun
sangat baik padaku, dan
aku diperlakukan sama
dengan anak anaknya
yang lain. Bahkan tidak
jarang bila aku kecapaian,
dia memijat punggungku.
Setelah aku kawin dengan
anaknya dan memboyong
istriku kerumah
kontrakanku, mertuaku
rajin menengokku dan
tidak jarang pula menginap
satu atau dua malam.
Karena rumahku hanya
mempunyai satu kamar
tidur, maka jika mertuaku
menginap, kami terpaksa
tidur bertiga dalam satu
ranjang. Biasanya Ibu
mertua tidur dekat tembok,
kemudian istri ditengah
dan aku dipinggir. Sambil
tiduran kami biasanya
ngobrol sampai tengah
malam, dan tidak jarang
pula ketika ngobrol
tanganku bergerilya
ketubuh istriku dari bawah
selimut, dan istriku selalu
mendiamkannya.
Bahkan pernah suatu kali
ketika kuperkirakan
mertuaku sudah tidur, kami
diam diam melakukan
persetubuhan dengan
istriku membelakangiku
dengan posisi agak miring,
kami melakukankannya
dengan sangat hati hati
dan suasana tegang.
Beberapa kali aku tepaksa
menghentikan kocokanku
karena takut
membangunkan mertuaku.
Tapi akhirnya kami dapat
mengakhirinya dengan baik
aku dan istriku terpuaskan
walaupun tanpa rintihan
dan desahan istriku.
Suatu malam meruaku
kembali menginap
dirumahku, seperti biasa
jam 21.00 kami sudah
dikamar tidur bertiga,
sambil menonton TV yang
kami taruh didepan tempat
tidur. Yang tidak biasa
adalah istriku minta ia
diposisi pinggir, dengan
alasan dia masih mondar
mandir kedapur. Sehingga
terpaksa aku menggeser
ke ditengah walaupun
sebenarnya aku risih,
tetapi karena mungkin
telalu capai, aku segera
tidur terlebih dahulu.
Aku terjaga pukul 2.00
malam, layar TV sudah
mati. ditengah samar samar
lampu tidur kulihat istriku
tidur dengan pulasnya
membelakangiku,
sedangkan disebelah kiri
mertuaku mendengkur
halus membelakangiku
pula. Hatiku berdesir
ketika kulihat leher putih
mulus mertuaku hanya
beberapa senti didepan
bibirku, makin lama tatapan
mataku mejelajahi
tubuhnya, birahiku
merayap melihat wanita
berumur yang lembut
tergolek tanpa daya
disebelahku..
Dengan berdebar debar
kugeser tubuhku
kearahnya sehingga
lenganku menempel pada
punggungnya sedangkan
telapak tanganku
menempel di bokong,
kudiamkan sejenak sambil
menunggu reaksinya.
Tidak ada reaksi, dengkur
halusnya masih teratur,
keberanikan diriku
bertindak lebih jauh,
kuelus bokong yang masih
tertutup daster, perlahan
sekali, kurasakan birahiku
meningkat cepat. Penisku
mulai berdiri dan hati hati
kumiringkan tubuhku
menghadap mertuaku.
Kutarik daster dengan
perlahan lahan keatas
sehingga pahanya yang
putih mulus dapat
kusentuh langsung dengan
telapak tanganku.
Tanganku mengelus
perlahan kulit yang mulus
dan licin, pahanya keatas
lagi pinggulnya, kemudian
kembali kepahanya lagi,
kunikmati sentuhan jariku
inci demi inci, bahkan aku
sudah berani meremas
bokongnya yang sudah
agak kendor dan masih
terbungkus CD.
Tiba tiba aku dikejutkan
oleh gerakan mengedut
pada bokongnya sekali,
dan pada saat yang sama
dengkurnya berhenti.
Aku ketakutan, kutarik
tanganku, dan aku pura
pura tidur, kulirik
mertuaku tidak merubah
posisi tidurnya dan
kelihatannya dia masih
tidur. Kulirik istriku, dia
masih membelakangiku,
Penisku sudah sangat
tegang dan nafsu birahiku
sudah tinggi sekali, dan itu
mengurangi akal sehatku
dan pada saat yang sama
meningkatkan
keberanianku.
Setelah satu menit berlalu
situasi kembali normal,
kuangkat sarungku
sehingga burungku yang
berdiri tegak dan mengkilat
menjadi bebas, kurapatkan
tubuh bagian bawahku
kebokong mertuaku
sehingga ujung penisku
menempel pada pangkal
pahanya yang tertutup CD.
Kenikmatan mulai menjalar
dalam penisku, aku makin
berani, kuselipkan ujung
penisku di jepitan pangkal
pahanya sambil kudorong
sedikit sedikit, sehingga
kepala penisku kini terjepit
penuh dipangkal pahanya,
rasa penisku enak sekali,
apalagi ketika mertuaku
mengeser kakinya sedikit,
entah disengaja entah
tidak.
Tanpa meninggalkan
kewaspadaan mengamati
gerak gerik istri,
kurangkul tubuh mertuaku
dan kuselipkan tanganku
untuk meremas buah
dadanya dari luar daster
tanpa BH. Cukup lama aku
melakukan remasan
remasan lembut dan
menggesekan gesekkan
penisku dijepitan paha
belakangnya. Aku tidak
tahu pasti apakah
mertuaku masih terlelap
tidur atau tidak tapi yang
pasti kurasakan puting
dibalik dasternya terasa
mengeras. Dan kini
kusadari bahwa dengkur
halus dari mertuaku sudah
hilang.., kalau begitu..pasti
ibuku mertuaku sudah
terjaga..? Kenapa diam
saja? kenapa dia tidak
memukul atau
menendangku, atau dia
kasihan kepadaku? atau
dia menikmati..? Oh.. aku
makin terangsang.
Tak puas dengan buah
dadanya, tanganku mulai
pindah keperutnya dan
turun keselangkangannya,
tetapi posisinya yang
menyebabkan tangan
kananku tak bisa
menjangkau daerah
sensitifnya. Tiba tiba ia
bergerak, tangannya
memegang tanganku,
kembali aku pura pura
tidur tanpa merrubah
posisiku sambil berdebar
debar menanti reaksinya.
Dari sudut mataku kulihat
dia menoleh kepadaku,
diangkatnya tanganku
dengan lembut dan
disingkirkannya dari
tubuhnya, dan ketika
itupun dia sudah
mengetahui bahwa
dasternya sudah
tersingkap sementara
ujung penisku yang sudah
mengeras terjepit diantara
pahanya.
Jantungku rasanya
berhenti menunggu
reaksinya lebih jauh. Dia
melihatku sekali lagi,
terlihat samar samar tidak
tampak kemarahan dalam
wajahnya, dan ini sangat
melegakanku .
Dan yang lebih
mengejutkanku adalah dia
tidak menggeser
bokongnya menjauhi
tubuhku, tidak
menyingkirkan penisku
dari jepitan pahanya dan
apalagi membetulkan
dasternya. Dia kembali
memunggungiku
meneruskan tidurnya, aku
makin yakin bahwa
sebelumnya mertuaku
menikmati remasanku di
payudaranya, hal ini
menyebabkan aku berani
untuk mengulang
perbuatanku untuk
memeluk dan meremas
buah dadanya. Tidak ada
penolakan ketika tanganku
menyelusup dan memutar
mutar secara lembut
langsung keputing
teteknya melalui kancing
depan dasternya yang
telah kulepas. Walaupun
mertuaku berpura pura
tidur dan bersikap pasif,
tapi aku dengar nafasnya
sudah memburu.
Cukup lama kumainkan
susunya sambil
kusodokkan kemaluanku
diantara jepitan pahanya
pelan pelan, namun karena
pahanya kering, aku tidak
mendapat kenikmatan yang
memadai, Kuangkat pelan
pelan pahanya dengan
tanganku, agar aku
penisku terjepit dalam
pahanya dengan lebih
sempurna, namun dia
justru membalikkan
badannya menjadi
terlentang, sehingga
tangannya yang berada
disebelah tangannya
hampir menyetuh penisku,
bersamaan dengan itu
tangan kirinya mencari
selimutnya menutupi
tubuhnya. Kutengok istri
yang berada dibelakangku,
dia terlihat masih nyenyak
tidurnya dan tidak
menyadari bahwa sesuatu
sedang terjadi
diranjangnya.
Kusingkap dasternya yang
berada dibawah selimut,
dan tanganku merayap
kebawah CDnya. Dan
kurasakan vaginanya
yang hangat dan berbulu
halus itu sudah basah. Jari
tanganku mulai mengelus,
mengocok dan meremas
kemaluan mertuaku.
Nafasnya makin memburu
sementara dia terlihat
berusaha untuk menahan
gerakan pinggulnya, yang
kadang kadang terangkat,
kadang mengeser kekiri
kanan sedikit. Kunikmati
wajahnya yang tegang
sambil sekali kali menggigit
bibirnya. Hampir saja aku
tak bisa menahan nafsu
untuk mencium bibirnya,
tapi aku segera sadar
bahwa itu akan
menimbulkan gerakan yang
dapat membangunkan
istriku.
Setelah beberapa saat
tangan kanannya masih
pasif, maka kubimbing
tangannya untuk mengelus
elus penisku, walaupun
agak alot akhirnya dia mau
mengelus penisku,
meremas bahkan
mengocoknya. Agak lama
kami saling meremas,
mengelus, mengocok dan
makin lama cepat, sampai
kurasakan dia sudah
mendekati puncaknya,
mertuakan membuka
matanya, dipandanginya
wajahku erat erat, kerut
dahinya menegang dan
beberapa detik kemudian
dia menghentakkan
kepalanya menengadah
kebelakang. Tangan
kirinya mencengkeram dan
menekan tanganku yang
sedang mengocok lobang
kemaluannya. Kurasakan
semprotan cairan di
pangkal telapak tanganku.
Mertuaku mencapai puncak
kenikmatan, dia telah
orgasme. Dan pada waktu
hampir yang bersamaan air
maniku menyemprot
kepahanya dan membasahi
telapak tangannya.
Kenikmatan yang luar
biasa kudapatkan malam
ini, kejadianya begitu saja
terjadi tanpa rencana
bahkan sebelumnya
membayangkanpun aku
tidak berani.
Sejak kejadian itu, sudah
sebulan lebih mertuaku
tidak pernah menginap
dirumahku, walaupun
komunikasi dengan istriku
masih lancar melalui telpon.
Istriku tidak curiga apa
apa tetapi aku sendiri
merasa rindu, aku
terobsesi untuk
melakukannya lebih jauh
lagi. Kucoba beberapa kali
kutelepon, tetapi selalu
tidak mau menerima.
Akhirnya setelah
kupertimbangkan maka
kuputuskan aku harus
menemuinya.
Hari itu aku sengaja masuk
kantor separo hari, dan
aku berniat menemuinya
dirumahnya, sesampai
dirumahnya kulihat
tokonya sepi pengunjung,
hanya dua orang penjaga
tokonya terlihar asik
sedang ngobrol. Tokonya
terletak beberapa meter
dari rumah induk yang
cukup besar dan luas. Aku
langsung masuk kerumah
mertuaku setelah basa
basi dengan penjaga
tokonya yang kukenal
dengan baik. Aku disambut
dengan ramah oleh
mertuaku, seolah olah
tidak pernah terjadi
sesuatu apa apa, antara
kami berdua, padahal
sikapku sangat kikuk dan
salah tingkah.
“Tumben tumbenan mampir
kesini pada jam kantor?”
“Ya Bu, soalnya Ibu nggak
pernah kesana lagi sih”
Mertuaku hanya tertawa
mendengarkan jawabanku
“Ton. Ibu takut ah.. wong
kamu kalau tidur
tangannya kemana mana..,
Untung istrimu nggak lihat,
kalau dia lihat.. wah.. bisa
berabe semua nantinya..”
“Kalau nggak ada Sri
gimana Bu..?” tanyaku
lebih berani.
“Ah kamu ada ada saja,
Memangnya Sri masih
kurang ngasinya, koq
masih minta nambah sama
ibunya.”
“Soalnya ibunya sama
cantiknya dengan
anaknya” gombalku.
“Sudahlah, kamu makan
saja dulu nanti kalau mau
istirahat, kamar depan
bisa dipakai, kebetulan
tadi masak pepes” selesai
berkata ibuku masuk ke
kamarnya.
Aku bimbang, makan dulu
atau menyusul mertua
kekamar. Ternyata
nafsuku mengalahkan rasa
lapar, aku langsung
menyusul masuk kekamar,
tetapi bukan dikamar
depan seperti perintahnya
melainkan kekamar tidur
mertuaku. Pelan pelan
kubuka pintu kamarnya
yang tidak terkunci, kulihat
dia baru saja merebahkan
badannya dikasur, dan
matanya menatapku, tidak
mengundangku tapi juga
tidak ada penolakan dari
tatapannya. Aku segera
naik keranjang dan
perlahan lahan kupeluk
tubuhnya yang gemulai,
dan kutempelkan bibirku
penuh kelembutan.
Mertuaku menatapku
sejenak sebelum akhirnya
memejamkan matanya
menikmati ciuman lembutku.
Kami berciuman cukup
lama, dan saling meraba
dan dalam sekejap kami
sudah tidak berpakaian,
dan nafas kami saling
memburu. Sejauh ini
mertuaku hanya mengelus
punggung dan kepalaku
saja, sementara tanganku
sudah mengelus paha
bagian dalam. Ketika jariku
mulai menyentuh
vaginanya yang tipis dan
berbulu halus, dia sengaja
membuka pahanya lebar
lebar, hanya sebentar
jariku meraba kemaluanya
yang sudah sangat basah
itu, segera kulepas
ciumanku dan kuarahkan
mulutku ke vagina merona
basah itu.
Pada awalnya dia menolak
dan menutup pahanya erat
erat.
“Emoh.. Ah nganggo tangan
wae, saru ah.. risih..”
namun aku tak
menghiraukan kata
katanya dan aku setengah
memaksa, akhirnya dia
mengalah dan membiarkan
aku menikmati sajian yang
sangat mempesona itu,
kadang kadang kujilati
klitorisnya, kadang
kusedot sedot, bahkan
kujepit itil mertuaku
dengan bibirku lalu kutarik
tarik keluar.
“Terus nak Ton.., Enak
banget.. oh.. Ibu wis suwe
ora ngrasakke penak koyo
ngene sstt”
Mertuaku sudah merintih
rintih dengan suara halus,
sementara sambil membuka
lebar pahanya, pinggulnya
sering diangkat dan
diputar putar halus.
Tangan kiriku yang
meremas remas buah
dadanya, kini jariku sudah
masuk kedalam mulutnya
untuk disedot sedot.
Ketika kulihat mertuaku
sudah mendekati klimax,
maka kuhentikan jilatanku
dimemeknya, kusodorkan
kontolku kemulutnya, tapi
dia membuang muka kekiri
dan kekanan, mati matian
tidak mau mengisap
penisku. Dan akupun tidak
mau memaksakan
kehendak, kembali kucium
bibirnya, kutindih tubuhnya
dan kudekap erat erat,
kubuka leber lebar
pahanya dan kuarahkan
ujung penisku yang
mengkilat dibibr vaginanya.
Mertuaku sudah tanpa
daya dalam pelukanku,
kumainkan penisku dibibir
kemaluannya yang sudah
basah, kumasukkan kepala
penis, kukocok kocok
sedikt, kemudian kutarik
lagi beberapa kali
kulakukan.
“Enak Bu?”
“He eh, dikocok koyo
ngono tempikku keri, wis
cukup Ton, manukmu
blesekno sin jero..”
“Sekedap malih Bu, taksih
eco ngaten, keri sekedik
sekedik”
“Wis wis, aku wis ora
tahan meneh, blesekno sih
jero meneh Ton oohh..
ssttss.. Ibu wis ora tahan
meneh, aduh enak banget
tempikku” sambil berkata
begitu diangkatnya tinggi
tinggi bokongnya,
bersamaan dengan itu
kumasukkan kontolku
makin kedalam memeknya
sampai kepangkalnya,
kutekan kontolku dalam
dalam, sementara Ibu
mertuaku berusaha
memutar mutar pinggulnya,
kukocokkan penisku
dengan irama yang tetap,
sementara tubuhnya rapat
kudekap, bibirku menempel
dipipinya, kadang kujilat
lehernya, ekspresi
wajahnya berganti ganti.
Rupanya Ibu anak sama
saja, jika sedang
menikmati sex mulutnya
tidak bisa diam, dari kata
jorok sampai rintihan
bahkan mendekati
tangisan.
Ketika rintihannya mulai
mengeras dan wajahnya
sudah diangkat keatas aku
segera tahu bahwa mertua
akan segera orgasme,
kukocok kontolku makin
cepat.
“Ton..aduh aduh..
Tempikku senut senut,
ssttss.. Heeh kontolmu
gede, enak banget.. Ton
aku meh metu.. oohh.. Aku
wis metu..oohh.”
Mertuaku menjerit cukup
keras dan bersamaan
dengan itu aku merasakan
semprotan cairan dalam
vaginanya. Tubuhnya
lemas dalam dekapanku,
kubiarkan beberapa menit
untuk menikmati sisa sisa
orgasmenya sementara
aku sendiri dalam posisi
nanggung.
Kucabut penisku yang
basah kuyup oleh
lendirnya memekknya, dan
kusodorkan ke mulutnya,
tapi dia tetap menolak
namun dia menggegam
penisku untuk dikocok
didepan wajahnya. Ketika
kocokkannya makin cepat,
aku tidak tahan lagi dan
muncratlah lahar maniku
kewajahnya.
Siang itu aku sangat puas
demikian juga mertuaku,
bahkan sebelum pulang
aku sempat melakukannya
lagi, ronde kedua ini
mertuaku bisa mengimbangi
permainanku, dan kami
bermain cukup lama dan
kami bisa sampai mencapai
orgasme pada saat yang
sama

-mahasiswi-

cerita sex © -copy-
Waktu perkuliahan pun terus berjalan, dan setelah 3 bulan lebih saya mulai akrab dengan Ressy ini dan mulai sering ngobrol ( sebelumnya hanya kenal senyum saja, ataupun hanya menanyakan tugas mata kuliah). Dan ternyata Dia ini lagi cuti kuliah di salah satu perguruan tinggi swasta hukum terkenal di Bandung, tapi saya lupa waktu itu dia semester berapa, yang saya ingat waktu itu saya berumur 19 tahun dan dia berumur 22 tahun. Dan ternyata dia sudah punya pacar. Waduh hatiku lemas, walaupun sudah jarang ketemu tetapi statusnya masih resmi pacaran. Saat kami berdua ngobrol, dia suka curhat tetapi saya suka mencuri pandangan ke arah buah dadanya yang indah menawan itu. Waduh pokoknya bulat tegap dan sedikit runcing, begitu juga kulitnya tidak satupun bekas goresan luka, hanya putih mulus dan pantatnya bulat menantang. Kalau dilihat dari belakang, waduh.. membuat kemaluan saya berdiri tegap dan ingin kuremas-remas dan ditancap dari belakang. Bayangkan kalau berjalan dia berlenggang-lenggok. Dia memiliki rambut yang indah, hitam dan panjang, berhidung mancung, berbibir tipis, alis dan bulu mata yang lentik (tapi seperti cewek bule). Dan memang cewek ini anak seorang yang kaya raya. Dan kami pun menjadi dekat dan akrab, tapi tidak tahu dia itu sukanya bareng dan jalan sama saya saja. Padahal kan banyak teman cewek di kampus itu ataupun cowok yang lain. Yaa.. tapi saya pun sangat senang sekali bisa jalan bareng sama Ressy, Dia pun sering mengajak saya main ke rumahnya. Namun itu tidak pernah terjadi, mungkin saya tidak biasa main ke rumah cewek. Dan akhirnya dia ingin main ke rumah saya, waduh saya juga bingung karena saya juga belum pernah kedatangan teman cewek apalagi seperti dia, tapi dia terus memaksa saya. Suatu hari di kampus, mata kuliah satu sudah selesai dan harus masuk lagi untuk mata kuliah yang kedua, tapi waktunya sore hari, dan ketika sudah selesai mata kuliah satu, kami pun merasa BT kalau di kampus saja, dan Ani memaksa saya untuk main ke rumah saya, katanya ingin tahu tempat tinggal saya dan sekaligus ingin curhat. Ya untungnya rumah saya itu hanya ada saudara saya (karena saya tidak tinggal bersama orang tua) dan rumah itu milik nenek saya. Oleh karena itu kehidupan saya bebas dan saling cuek sama anggota keluarga lainnya di rumah itu. Tidak ada saling curiga atau hal apapun, yang penting tidak saling merugikan satu sama lain. Kami pun berdua pergi ke rumah saya. Siang bolong, ketika sudah sampai di rumah, Ressy saya persilakan masuk ke kamar saya dan ternyata saya tidak grogi atas kedatangan cewek cantik ini. Dan ketika baru mengobrol sebentar lalu dia bicara, “Ted panas yaah hawa di Bandung sekarang ini.” “Iya nih!” sambil kubawakan minuman dingin yang sangat sejuk sekali. “Ted… boleh nggak saya buka baju, kamu jangan malu Ted, saya masih pake pakaian dalam kok, habis panasss siiihh…” Waduh memang saya merasa malu waktu itu dan sedikit deg-degan jantungku. “Aduuh gimana kamu ini, emang kamu nggak malu sama aku?” bantahku. Tapi kan dia sudah ngomong kalau dia masih memakai pakaian dalam. Kemudian saya keluar kamar sebentar untuk mengambil makanan ringan di lemari es, dan ketika saya memasuki kamar lagi, ya ampun.. pakaian dalam sih pakaian dalam tapi kalau ternyata kalau itu BH yang super tipis dan kelihatan puting susunya. Waduh, saya sangat grogi waktu itu dan saya pun sering memalingkan wajah, tapi tidak dapat dipungkiri, kemaluan saya pun berereksi dan aliran darah saya pun mengalir tidak karuan, apalagi hawa sedang panas-panasnya. “Ayo sekarang kamu mau curhat lagi?” kataku. “Nggak sih Ted, saya udah minta putus sama dia ( pacarnya-red) dan dia setuju untuk resmi putus.” “Ya udah… abis gimana lagi” , katanya. Dalam hatiku, asyik dia sudah putus, dan saya pun berpura-pura bersedih, karena memang kasihan melihat wajahnya sedikit pucat dan sedikit menangis. Dia memelukku sambil sedikit bicara kepadaku, tapi itu lho anuku tidak bisa diam dan semakin panas saja suhu tubuhku. Ketika kuelus rambut dan punggungnya, eh dia menciumku dan kubalas ciumannya dan dia membalas lagi, semakin lama kami berciuman dan dia memasukkan lidahnya ke mulutku. Waduh, ini benar- benar mengasyikan dan terus terang ini adalah pertama kali bagiku. Dan dia pun mengeluarkan suara desahan yang sangat lembut dan sensual, dan dituntunnya tanganku ke buah dadanya, langsung saja kuremas-remas dan BH-nya pun kubuka. Wow, buah dada yang sangat indah, putih, bulat berisi dan mancung serta puting yang bagus, sedikit warna merah di seputar putingnya dan berwarna coklat di puncaknya, sekali-kali kupelentir putingnya dan dia pun mendesah kuat, “ Ssstthhh ha.. hah.. aahh.. okhs Ted, bagus Ted, eeenakk”, suaranya yang kecil dan merdu. Dia membuka bajuku dan aku kini dibuatnya telanjang, tapi aku hanya pasrah saja, tidak ada rasa malu lagi. “Apa kamu sering melakukan ini sama pacar kamu?” kataku. “Iya Ted, tapi nggak sering.. aaksshhh…” kata dia sambil mendesah, tanganku diarahkannya ke liang kemaluannya, dan langsung kuelus-elus sambil lidahku menjilat putingnya yang indah itu. Sedikit-sedikit kuselingi dengan gigitan ringan tepat di puncaknya, dan dia menggeliat keenakan. Dan kemaluannya pun basah. Kubuka celananya dan celana dalamnya secara perlahan. Oh iya, kami melakukannya di sofa kamarku tepat di depan TV dan stereo-set. Dan kami lagi sedang mendengarkan lagu-lagu rock barat tahun 70 -an, ketika kubuka CD-nya, yes.. dia memiliki kemaluan yang bagus, bulu sedikit, dan memang dia masih perawan, dengan pacarnya juga hanya melakukan oral sex. Tetapi saya belum berani untuk menjilat kemaluannya, saya hanya mengesekkan tangan saya ke bibir kemaluannya. Eh ternyata dia turun dari sofa dan menghisap batang kemaluanku, “Aaakshh… hsstt oks!” dia menjilati biji pelerku dan dia mengisap kemaluanku lagi sambil dipegang dan dikocoknya. “ Waduuhhh… enak sekalii akkhhss…” aliran-aliran darahku mengalir dengan serentak dan ingin kumasukkan kemaluanku ke liang kemaluannya, tapi apa dia mau? Beberapa menit kemudian.. “Ted, kamu punya barang gede enggak, kecil enggak, panjang enggak and pendek enggak, tapi bener Ted, saya sangat suka kamu punya barang”, katanya sambil berdiri dan lubang kemaluannya dihadapkannya ke wajahku aku semakin tidak kuat saja. Langsung saja kujilat liang kemaluannya. Wah agak bau juga nih, tapi bau yang enak. Semakin lama semakin asyik dan sangat enak, dan dia pun merintih-rintih kecil, “ Uwuuhh ooo… sstt akhs… akhs… akhs… ooohhh aahh… sstth”, sambil tubuhnya agak bergerak nggak karuan, mungkin jilatanku belum pintar tapi kulihat dia sedang keasyikan menikmati jilatanku. Lalu dia berdiri dan menarik tubuhku ke lantai. Di situ kami berciuman lagi, entah kenapa aku merasakan sesuatu yang hangat di sekitar liang kemaluannya, kuingin batang kemaluanku dimasukkannya ke lubang kemaluannya. Soalnya aku masih ragu. Tapi saya memberanikan untuk bicara. “An, kamu masih perawan nggak?” “Iya… aksshhh… ssstt… ssstt aakhs”, katanya. Ternyata dugaanku benar. “Tapi sama pacar kamu itu?” “Iya tapi kalau aku sama dia hanya oral aja”, kata Ani. “Tapi Ted, gimana kalau kita ini sekarang…” dia tidak melanjutkan pembicaraannya. “Okh… ookh… okh… ssstt…” dia mencoba untuk memasukan batang kemaluanku ke lubang kemaluannya dengan bantuan tangannya. Dengan begitu, aku pun berusaha untuk memasukkan batang kemaluanku ke lubang kemaluannya, dan secara perlahan kugesekkan batang kemaluanku ke liang kemaluannya dan sedikit demi sedikit kumasukkan kemaluanku, tapi ini hanya sampai kepala aja, dan… “ Ooohh aaakksshh.. ahh.. ah.. aahh.. oohh… sset”, dia merintih- rintih. Aku terus menggenjot dia. “Ted, ternyata pedih juga, aahhh!” katanya. “Tapi teruskan saja Ted…”. Kulihat wajahnya memang mengkhawatirkan juga, tapi yang kurasakan adalah kenikmatan, meskipun itu masih tersendat-sendat dan sedikit kehangatan, “ Ookkhhss… sstt, aduh nikmatnya”, kataku. Dan memang ada sedikit darah di batang kemaluanku dan yes.. semua batang kemaluanku masuk, dan benar-benar nikmat tiada tara, dan hilanglah perawannya dan perjakaku. “Sssttt.. sssttt..” desahannya yang merdu dan menggairahkan apalagi didukung oleh kecantikannya dan mulus kulitnya. Dan kami masih melakukan gaya konvensional dan terus kugenjot naik turun, naik turun dan tumben, aku masih kuat dan menahan kenikmatan ini, karena kalau aku sedang onani, tidak selama ini. Di lantai itu kami melakukannya serasa di surga. “Assh.. asshh.. aakss.. ooohh.. aksh.. sstt”, dia menjerit-jerit tapi biarlah kedengaran oleh saudaraku, yang lagi nonton TV di ruang keluarga. Karena pasti suara jeritan Ressy ini kedengaran. “Terus Ted, aduhh Ted kok enak sih… aaksss ssttss…” katanya sambil merem melek matanya dan bibirnya yang aduhai melongo ke langit dan langsung kujilat lidahnya. “Duuhhh aaahss sstt duh An, aku mau keluar nih!” kataku. “Uuhhsss ssttt jangan dulu dong Ted… bentar lagi aja”, katanya. Tapi memang saya waktu itu sudah nggak kuat, ehh ternyata… “Sss ooohh akkhhss… ooohh, duh Ted boleh deh sekarang, kamu dikeluarinnya di sini aja”, sambil ditunjukanya ke arah payudaranya. Dan… “ Creett… cret… cret… crret” dan air maniku yang banyak itu menyemprot ke payudaranya dan sekitar lehernya. Selesailah main- main sama Ressy, dan waktu pun menunjukan arah jam 5 lebih dan memang kami sudah telat untuk pergi lagi ke kampus memasuki pelajaran Mata Kuliah kedua. Kami berdua terkulai dan ketiduran di lantai itu dalam keadaan masih telanjang, dan lagu di stereo tape-ku pun sudah lama habis. Bangun-bangun sudah hampir jam 19.00 , kami pun bergegas berpakaian dan aku pergi ke kamar mandi untuk mandi, sesudah saya selesai mandi dia juga mandi, dan akhirnya kami pergi jalan- jalan sekalian mencari makan. Kami pergi ke daerah Merdeka dan makan. Sesudah itu kami nonton di Bioskop. Di Bandung Indah Plaza (BIP), lupa lagi waktu itu kami nonton apa. Sesudah selesai nonton Ani tidak mau pulang dia ingin menginap di rumah saya. Waduh

-pesona gadis pijat plus-

cerita sex © -copy-Namaku Andra, sebut saja Andra **** (edited). Aku kuliah di sebuah PTS di Bandung sebuah kota metropolis yang gemerlap, yang identik dengan kehidupan malamnya. Di tengah kuliahku yang padat dan sibuk, aku mempunyai suatu pengalaman yang tak akan kulupakan pada waktu aku masih semester satu dan masih berdampak sampai sekarang. Latar belakangku adalah dari keluarga baik-baik, kami tinggal di sebuah perumahan di kawasan ****** (edited) di Bandung. Sebagai mahasiswa baru aku termasuk aktif mengikuti kegiatan kemahasiswaan, kebetulan aku menyukai kegiatan outdoor ataupun alam bebas. Aku memang mewarisi bakat ayahku yang merupakan seorang pemburu yang handal, hal inilah yang membuat darah petualangku menggelora. Memasuki pertengahan semester aku mulai kenal dan akrab dengan seorang cewek, sebut saja namanya Ema. Aku tertarik padanya karena ia orangnya juga menyukai kegiatan alam bebas, berburu misalnya. Awalnya sih aku agak heran juga kenapa cewek cantik seperti dia suka “ mengokang” senapan yang notabene berat dan kemudian menguliti binatang hasil buruannya dengan beringas. Hemm.. kegaranganya bak macan betina inilah yang aku sukai, aku suka melihat buah dadanya yang menantang dibalut baju pemburu yang ketat dan kebiasaannya menggigit bibir bawahnya ketika mengokang senapan. Bibir merah yang seksi itu sering mengundang gairahku. Karena ada kecocokan, kami akhirnya jadian juga dan resmi pacaran tepatnya pada waktu akhir semester pertama. Kami berdua termasuk pasangan yang serasi, apa mau dikata lagi tubuhku yang tinggi tegap dapat mengimbangi parasnya yang langsing dan padat. Pacaran kami pada awalnya normal-normal saja, yahh.. sebatas ciuman saja biasa kan? Dan aku melihat bahwa Ema itu orangnya blak-blakan kok. Semuanya berubah setelah pengalamanku di sebuah panti pijat. Hari itu Minggu 12 April 1999 aku masih ingat betul hari itu, aku dan ayahku berburu di sebuah gunung di daerah Jatiluhur tentu saja setelah berburu seharian badan terasa capai dan lemah. Malamnya aku memutuskan untuk mencari sebuah panti pijat di Bandung, dengan mengendarai Land Rover-ku aku mulai menyusuri kota Bandung. Dan akhirnya tempat itu kutemukan juga, aku masuk dan langsung menemui seorang gadis di meja depan dan aku dipersilakan duduk dulu. Tak lama kemudian muncullah seorang gadis yang berpakaian layaknya baby sitter dengan warna putih ketat dan rok setinggi lutut. Wuahh.. cantik juga dia, dan pasti juga merangsang libidoku. Dengan ramah ia mempersilakan aku masuk ke ruang pijat, ruangan selebar 4×4 dengan satu ranjang dan sebuah kipas angin menggantung di atasnya. “Bajunya dibuka dulu ya Bang..” katanya dengan tersenyum manis, “ OK lahh..” sambutku dengan semangat. “Tapi kipasnya jangan dinyalain yah, dingin nih..” dia pun mengangguk tanda paham akan keinginanku. Kubuka sweaterku dan aku pun berbaring, aku memang sengaja tidak memakai t- shirt malam itu. “Celananya sekalian dong Bang,” katanya. “Emm.. Lo yang bukain deh, males nih..” dia pun tersenyum dan agaknya memahami juga hasratku. “ Ahh.. kamu manja deh,” katanya, dengan cekatan tangannya yang mulus dan lentik itu pun mencopot sabuk di pinggangku kemudian melucuti celanaku. Wah dia kelihatannya agak nafsu juga melihat tubuhku ketika hanya ber-CD, terlihat “ adik”-ku manis tersembul dengan gagahnya di dalam sarangnya. “Eh.. ini dicopot sekalian ya? biar enak nanti mijitnya!” “Wahh.. itu nanti aja deh, nanti malah berdiri lagi,” kataku setengah bercanda. Lagi-lagi ia menyunggingkan senyum manisnya yang menawan. Kemudian aku tengkurap, ia mulai memijitku dari punggung atas ke bawah. “ Wah.. pijitanmu enak ya?” pujiku. “Nanti kamu akan merasakan yang lebih enak lagi,” jawabnya. “Oooh jadi servis plus nih?” tanyaku. “ Mmm.. buatmu aku senang melakukannya,” pijatannya semakin ke bawah dan sekarang tangannya sedang menari di pinggangku, wah geli juga nih, dan kemaluanku pun mulai “ bereaksi kimia”. “Eh.. balikkan badan dong!” pintanya. “Ok.. ok..” Aku langsung saja berbaring. Tentu saja batanganku yang ereksi berat terlihat semakin menggunung. “ Wahh.. belum-belum saja sudah ngaceng yaa..” godanya sambil tangannya memegang kemaluanku dengan jarinya seakan mengukur besarnya. “ Habisnya kamu merangsang sihh..” kataku. “Nah kalo begitu sekarang waktunya dicopot yah? biar enak itu punyamu, kan sakit kalau begitu,” pintanya. “OK, copot aja sendiri,” aku memang udah nggak tahan lagi, abis udah ereksi penuh sih. Dengan bersemangat gadis itu memelorotkan CD- ku, tentu saja kemaluanku yang sudah berdiri tegak dan keras mengacung tepat di mukanya. “Ck.. ck.. ckk.. besar amat punyamu, berapa kali ini kamu latih tiap hari,” katanya sembari tertawa. “Ah.. emangnya aku suka ‘lojon’ apa..” jawabku. Ia menyentuh kepala kemaluanku dengan penuh nafsu, dan mengelusnya. Tentu saja aku kaget dan keenakan, habis baru pertama kali sih. “Ahh.. mau kau apakan adikku?” tanyaku. “Tenanglah belum waktunya,” ia mengelusnya dengan lembut dan merabai juga kantong zakarku. “Wah.. hh.. jangan berhenti dulu, aku mau keluar nih,” sergahku. “Haha.. baru digitukan aja udah mau keluar, payah kamu,” ledeknya. “Entar lagi lah, pijitin dulu badanku,” kataku. “OK lah..” Ia mulai mengambil minyak pijat dan memijat tangan dan dadaku. Wahh ia naik dan duduk di perutku. Sialan! belahan dadanya yang putih mulus pun kelihatan, aku pun terbelalak memandangnya. “Sialan! montok bener tetekmu,” dan tanganku pun mulai gerilya meraba dan memeganginya, ia pun mengerjap, pijatannya pun otomatis terhenti. Setelah agak lama aku merabai gunungnya ia pun turun dari perutku, ia perlahan membuka kancing bajunya sampai turun ke bawah, sambil menatapku dengan penuh nafsu. Ia sengaja mempermainkan perasaanku dengan agak perlahan membuka bajunya. “ Cepatlahh.. ke sini, kasihan nih adikku udah menunggu lama..” aku sambil mengocok sendiri kemaluanku, habis nggak tahan sih. “Eits.. jangan!” ia memegang tanganku. “Ini bagianku,” katanya sambil menuding adikku yang seakan mau meledak. Tak lama ia kemudian mengambil minyak pijat dan mengoleskan ke kemaluanku. “Ehmm.. ahh..” aku pun menggelinjang, namun ia tak peduli, malah tangannya semakin cekatan memainkan kemaluanku. “ Augghh.. aku nggak tahan nihh..” Kemudian ia mulai menghisapnya seraya tangannya mengelus buah zakarku. “Aduhh.. arghh.. aku mau keluar nihh!” Kemudian kemaluanku berdenyut dengan keras dan akhirnya “ Croott..” maniku memancar dengan derasnya, ia terus mengocoknya seakan maniku seakan dihabiskan oleh kocokannya. “Aahh..” aku melenguh panjang, badanku semua mengejang. Ia kelihatanya suka cairanku, ia menjilatinya sampai bersih, aku pun lemas. “ Gimana.. enak kan? tapi kamu payah deh baru digituin dikit aja udah ‘KO’,” godanya. “Habbiss kamu gitukan sih, siapa tahann..” Ia memakluminya dan agaknya tahu kalau aku baru pertama kalinya. “Tuh kan lemes, punyamu mengkerut lagi,” sambil ia memainkan kemaluanku yang sudah nggak berdaya lagi. “Entar ya, nanti kukerasin lagi,” katanya. “Huff.. OK lah,” kataku pasrah. Dengan masih menggunakan bra dan CD ia mulai memijatku lagi. Kali ini ia memijat pahaku dan terkadang ia menjilati kemaluanku yang sudah lemas. “Ihh.. lucu ya kalau sudah lemes, kecil!” ia mengejekku. Aku yang merasa di-”KO”-nya diam saja. Sembari ia memijat pahaku, dadanya yang montok kadang juga menggesek kakiku, wahh kenyal sekali! “Kenapa liat- liat, napsu ya ama punyaku? ” katanya. “Wahh, bisa-bisa adikku terusik lagi nih,” jawabku. Aku sambil mengelus dan mengocok sendiri kemaluanku sembari melihat geliat gadis itu memijatku. “Wah dasar tukang coli kamu..” serangnya. “Biar aja, akan kubuktikan kalo aku mampu bangkit lagi dan meng-’KO’ kamu,” kataku dengan semangat. Benar juga kemaluanku yang tadinya tidur dan lemas lambat laun mulai naik dan mengeras. “ Tuh.. berdiri lagi,” katanya girang. “Pasti!” kataku. Aku tidak melewatkan kesempatan itu, segera kuraih tangannya dan aku segera menindihnya. “Uhh.. pelan dikit doong!” katanya. “Biar aja, habis kamu napsuin sih..” kataku. Dengan cepat aku melucuti BH dan CD- nya. Sekarang kelihatan semua gunung kembarnya yang padat berisi dengan puting merahnya serta lubang kemaluannya yang bagus dan merah. Langsung saja kujilati puncak gunungnya dengan penuh nafsu, “Emm.. nikmat, ayo terusin..” desahnya membuatku berdebar. Kulihat tangannya mulai merabai kemaluannya sendiri sehingga kelihatan basah sekarang. Tandanya ia mulai bernafsu berat, aku pun mengambil alih tangannya dan segera menjulurkan lidahku dan kumainkan di lubang kemaluannya yang lezat. Ia semakin menjadi, desahannya semakin keras dan geliat tubuhnya bagaikan cacing, “Ahh.. uhh ayo lah puaskan aku..” ia pun mulai menggapai batang kemaluanku yang sudah keras, “Ayolah masukkan!” tanpa basa-basi aku pun menancapkan barangku ke lubang kemaluannya. “Slep.. slepp! ” “Arghh.. ihh.. sshh,” ia agak kaget rupanya menerima hujaman pusakaku yang besar itu. “Uahh.. ennakk..” katanya.

Mulutnya megap-megap kelihatan seperti ikan yang kekurangan air, aku pun semakin semangat memompanya. Tapi apa yang terjadi karena terlalu bernafsunya aku tidak bisa mengontrol maniku. “ Heggh.. hegghh.. ahh, ehmm.. aku mau keluar lagi nihh!” kataku. “Sshh.. ahh ah.. payah lo, gue tanggung ni.. entar donk!” “Aku sudah tidak tahan lagii.. ” Tak lama kemudian batang kemaluanku berdenyut kencang. “Aaaku keluarr..” erangku. “Ehh.. cepat cabut!” sergapnya. Aku pun mencabut batang kemaluanku dan ia pun segera menghisapnya. “Ahh.. shh..!” “Crot