Selasa, November 22

-sensasiku bersama bocah bau kencur (SMP)-

cerita sex © -copy-
Pagi itu cerah sekali.
inilah dimana aku bisa
bercerita tentang cerita
dewasa terbaru untuk
kamu semuanya. Aku
bangun dengan tubuh
dan perasaan yang
benar-benar fresh. Hari
ini hari Sabtu, berarti
aku libur dari
pekerjaanku sebagai
seorang sekretaris
direksi sebuah dealer
mobil mewah di
kawasan S, Jakarta.
Hari ini aku rencananya
akan menghabiskan
weekend di rumah
sahabatku, V di kota B.
Oh ya, namaku *****,
teman-teman biasa
memanggilku Celyn,
umurku saat ini
menginjak kepala 3, tapi
aku belum menikah
karena masih
menikmati hidup tanpa
ikatan, tapi bukan
berarti aku tidak punya
pacar. Pacarku namanya
Josh, di kerja di
perusahaan trading.
Kami sudah menjalin
hubungan selama satu
setengah tahun.
Kok jadi ngomongin
diriku ya? (narsis bgt
ya?). Anyway, aku
segera bangun untuk
bersiap-siap. Aku
segera menuju kamar
mandi. Seperti biasa,
aku langsung melepas
piyamaku. Setelah tidak
ada sehelai benangpun
di tubuhku, akupun
mulai menggosok gigi.
Sambil menggosok gigi,
kuperhatikan tubuhku
dicermin yang ada
dihadapanku. Tubuhku
memang montok,
apalagi di bagian pinggul
karena aku hampir tidak
ada waktu untuk
fitness, tapi toh aku
tidak perduli, aku
bahagia dengan tubuhku
ini. Sambil menyikat gigi
ku pegang buah dadaku,
yang menurutku biasa
saja, tapi tidak menurut
teman-temanku.
Menurut mereka buah
dadaku seperti mau
tumpah, mungkin
karena aku selalu
memakai bra yang tidak
menutupi semua buah
dadaku. Aku terus
meraba buah dadaku
sambil terus menyikat
gigi, rasanya geli…lama-
lama aku justru lebih
fokus pada remasan
tanganku daripada
menyikat gigiku.
Akhirnya aku tersadar…
kuputuskan
menghentikan kegiatan
menyenangkan diriku itu
lalu bergegas bersiap-
siap.
Setelah memasukkan
barang ke H…. J…ku
(nanti dikira dapet
sponsor), aku segera
melaju ke arah tol
menuju B. Sebelum
berangkat aku sempat
meminta alamat V, dan
dia segera mengirim
SMS alamat lengkapnya.
Bukan sekali ini aku ke
kota B, tapi Baru dua
minggu yang lalu Vina
pindah rumah ke daerah
CL, dan aku tidak tahu
sama sekali dimana itu.
Aku pikir toh nanti bisa
tanya sama orang di
jalan.
Sesampainya di B, aku
mulai mengikuti
petunjuk SMS V untuk
menuju ke rumahnya,
tapi…jalanan di kota B ini
sangat
membingungkan.
Setelah berputar-putar
aku memutuskan untuk
bertanya. Di depanku
aku melihat kerumunan
anak SMP yang baru
pulang sekolah, aku lalu
meminggirkan mobilku
untuk bertanya pada
salah satu dari antara
mereka.
“Permisi dik, mau tanya
alamat ini”, sambil
kutunjukkan isi SMS dari
V.
“Oooh…dari sini lurus
terus nanti ada toko CK,
tante belok kiri terus
belok kanan, nanti belok
kanan lagi, terus ambil
kiri, terus ada tanjakan
belok ke kanan. Naik
terus nanti tanya aja
lagi sama orang disitu”,
dia memberikan
penjelasan panjang
lebar.
Diberi penjelasan seperti
itu aku langsung
kebingungan, tanpa pikir
panjang aku langsung
minta tolong padanya.
“Aduh, tante bingung
nih! Kamu bisa anterin
aja ga? Nanti tante
kasih ongkos pulang”
kataku.
Dia seperti kebingungan.
Aku pun berkata,
“Tenang ga akan diculik
kok”, kataku sambil
tersenyum.
Dia makin kelihatan
kebingungan.
“Kalo kamu takut, ajak
saja temen kamu”, aku
meyakinkannya, karena
aku sudah pusing
mencari alamat V.
Akhirnya dia setuju
dengan syarat boleh
mengjak temannya dan
diberi ongkos pulang.
Dia pun mengajak dua
orang temannya. Aku
menyuruh salah satu
dari mereka untuk
duduk di depan sebagai
penunjuk jalan, lagipula
aku tidak mau dikira
sepagai sopir antar
jemput anak sekolahan
sad.gif
Didalam mobil aku
berkenalan dengan
mereka. Yang duduk
didepan bernama Fariz,
sedangkan dua
temannya yang duduk
dibelakang bernama
Dharma dan Aziz. Dari
obrolan kami ku ketahui
mereka baru kelas 2
SMP.
Selama perjalanan
kuperhatikan mereka
semua mencuri-curi
pandang tubuhku. Saat
itu aku mengenakan
tank top biru muda dan
hot pants. Yang paling
kuperhatikan tentu saja
Fariz karena dia duduk
didepan. Setiap kali
kuperhatikan dia
langsung membuang
muka, karena takut
ketahuan olehku. Umur-
umur segitu anak
cowok memang
memiliki fantasi seks
yang luar biasa. Fariz
terus saja mencuri
pandang buah dadaku
yang “luber”. Akhirnya
kuputuskan kubiarkan
saja mereka melihat
payudaraku, kupikir
sebagai bahan
masturasi mereka
nanti…
Akhirnya sampai juga
kami di rumah V.
Vina langsung
menyambutku, tapi
dengan tatapan heran.
“Siapa itu Cel?”,
tanyanya.
“Oh..mereka guide”,
kataku sambil
tersenyum pada
mereka.
“Masuk dulu yuk!”,
ajakku pada mereka.
“Ga buru-buru kan?”,
tanyaku lagi.
Akupun mengambil tas
kecilku. Aku dan Vina
masuk mendahului
mereka.
Rumah V –menurutku
sih villa, bukan rumah-
berada didaerah yang
elite, sehingga jarak
antar tetangga tidak
terlalu dekat.
Vina juga hidup sendiri,
sama seperti aku. Dia
editor sebuah majalah
wanita.
Begitu masuk rumah,
Vina langsung
menunjukkan kamarku,
“kamar lo di atas ya
Lyn, yang itu tuh”,
katanya sambil
menunjukkan kamarku.
Kita ngobrol dibawah
yuk, katanya kepada
ketiga anak itu sambil
turun menuju ruang
tamu.
Aku pun menuju
kamarku, ketika baru
teringat bahwa aku lupa
membawa tas yang
berisi pakaian.
Aku pun memanggil
Fariz, “Riz, bisa minta
tolong ambilkan tas
tante yang hitam di
mobil?”.
Fariz tampak terkejut,
“Bisa tante”.
“Tau cara bukanya
kan?”, tanyaku lagi.
“Tau kok!”, jawabnya.
Akupun memberikan
kunci mobilku
kepadanya.
Akupun menuju
kamarku. Sesampainya
di kamar, aku langsung
menutup pintu dan
menuju kamar mandi,
aku sudah tidak tahan
menahan pipis sejak di
tol tadi.
Ketika aku baru
mengeluarkan pipisku,
tiba-tiba Fariz masuk.
Akupun terkejut. Sial,
aku lupa mengunci pintu
kamar dan lupa
menutup pintu kamar
mandi karena sudah
tidak tahan.
Fariz tampak terkejut
melihatku sedang duduk
di toilet, “Ma..maaf
tante, saya lupa
mengetuk pintu”. Dia
terpaku di depan pintu.
Cepat-cepat kubilang
padanya, “Udah cepet
masuk tutup pintunya,
tar keliatan orang!”.
Masih kebingungan
diapun masuk dan
menutup pintu,
matanya masih terpaku
padaku.
“Lihat apa kamu?”,
tanyaku
menyadarkannya.
“Eh..ngga liat apa-apa
tan”, katanya sambil
membalikkan badan.
Setelah selesai akupun
berkata padanya, “Maaf
ya, tante lupa kunci
pintu”.
“Ng…ga pa pa tan, saya
keluar dulu”, katanya.
Busyet polos amat anak
ini, pikirku. Tiba-tiba
muncul niat isengku,
melihatku pipis saja
sudah kebingungan
bagaimana kalo
melihatku bugil?
“Riz, tante bisa minta
tolong lagi ga?”,
pertanyaanku
menghentikan
langkahnya.
“Bi..bisa tan”, rupanya
dia masih shock.
“Tolong pijitin tante
dong, tante pegel nih
nyetir dari J”, tanyaku.
Rupanya permintaanku
ini lebih
mengagetkannya. Niat
isengku semakin
menjadi-jadi.
“Nanti tante tambahin
deh ongkosnya”,
tambahku lagi.
Rupanya kata-kataku
yang terakhir ini
membuat dia tersadar.
“Bo..boleh deh tan”,
katanya.
Aku pun memanggil V
untuk meminta lotion
untuk membalur
tubuhku.
“Maungapain lo?”,
tanya Vina setengah
berbisik kepadaku.
“Mau tau aja”, kataku
kepadanya.
Vina yang merupakan
petualang seks sejati
langsung mengerti
maksudku.
“Bisa aja lo cari variasi”,
katanya lagi. “Bisa
ikutan dong?”,
tanyanya.
“Tuh masih ada dua
lagi”, kataku sambil
menunjuk Dharma dan
Aziz.
“Wah cerita baru buat
blog gue nih”, katanya
bersemangat.
Diapun memberikan
lotion kepadaku.
Akupun menutup pintu
tanpa kukunci, toh tidak
ada siapa-siapa selain
kami berlima dirumah ini.
“Nih lotionnya”, kataku
sambil menyerahkan
lotion kepada Fariz.
Akupun menuju kamar
mandi, lalu keluar lagi
dengan hanya
mengenakan handuk.
Aku telah melepaskan
semua pakaian
dalamku. Perasaan ini
mulai membuatku
bergairah.
Fariz tampak terkejut
melihatku, karena
handuk yang kukenakan
benar-benar hanya
menutupi payudara dan
kemaluanku saja.
Aku pun berbaring
telungkup di tempat
tidur dan menurunkan
handukku sehingga
hanya menutupi bagian
pantatku.
“Ayo..tunggu apa lagi”,
kataku kepada Fariz
yang tampak tertegun
melihat tubuhku yang
hampir telanjang.
Diapun duduk
disebelahku dan mulai
menuang lotion ke atas
punggungku. Fariz pun
mulai memijitku.
Aku berusaha memulai
pembicaraan untuk
memecah kesunyian.
“Kamu sekarang kelas 2
SMP ya. Udah punya
pacar?”, tanyaku.
“Be..belum tan”,
jawabnya gugup.
“Kamu kok grogi gitu?
Belum pernah mijit
cewek ya?”, tanyaku
jahil.
“Be..belum pernah tan”,
jawabnya singkat.
“Udah..kamu pijit kaki
tante aja, soal pegal”.
Farizpun mulai memijit
kakiku.
“Agak keatas sedikit
Riz”, kataku sambil
mengarahkan
tangannya ke pahaku.
Dia tampak semakin
gugup.
Pijatan didekat daerah
kemaluanku
membuatku secara
tidak sadar melebarkan
pahaku, menurutku
Fariz dapat melihat bulu
kemaluanku yang tidak
terlalu lebat itu.
“Tapi kamu pernah
masturbasi kan?”,
kataku mulai
memancing.
“Mmm….”, dia terdiam.
“Ga mungkinlah
seumuran kamu belum
pernah masturbasi”,
kataku lagi.
“Pernah tan”, jawabnya
pelan.
Kamipun terdiam.
“Agak keatas lagi Riz”.
Farizpun memijit dekat
pantatku.
“Udah pernah ML?”,
kataku makin tak
tahan.
“Be..belum tan”.
Wah perjaka batinku.
Aku pun menarik
handuk yang menutupi
pantatku sehingga kini
aku benar-benar bugil.
Fariz benar-benar
terkejut.
“Sekarang pijitin pantat
tante aja, dari tante
duduk nyetir terus”.
Farizpun mulai memijit
pantatku yang montok
bersih itu. Akupun
makin lama makin
melebarkan kedua
pahaku.
“Riz…”.
“Iya tan”.
“Kamu mau pegang ‘itu’
tante?”, tanyaku nakal.
“Pegang aja Riz, ga pa
pa kok”, pancingku lagi.
Fariz memindahlan
tangannya dari
pantatku kea rah
kemaluanku. Dia mulai
memegang bulu
kemaluanku. Nafsuku
makin tidak tertahan.
“Gerakin tanganmu
maju mundur Riz”,
kataku mengarahkan.
Arizpun mulai
menggerakkan
tangannya di atas
kemaluanku. Gesekan
antara tangannya dan
bulu kemaluannya
makin membuat
vaginaku basah. Akupun
sedikit menunggingkan
badanku untuk
mempermudah tangan
Fariz bermain di atas
kemaluanku.
“Masukin jari tengah
kamu Riz”, pintaku
setengah memohon.
Farizpun mulai mengerti
jalannya permainan ini.
Dia mulai memasukkan
jari tengahnya kedalan
vaginaku sambil terus
menggosok-gosoknya.
Sentuhan tangannya
sesekali menyentuh
klitorisku, dan itu makin
membuatku bernafsu.
Suaraku makin lama
makin meracau karena
keenakan.
“Iya Riz..yang itu. Gosok
‘itu’ tante Riz”.
“Yang mana tante?”,
katanya polos.
Akupun tersadar, dia
masih terlalu polos.
Lalu aku membalikkan
tubuhku, sehingga Fariz
kini dapat melihat
seluruh rubuhku yang
telah bugil dengan
leluasa.
“Kamu mau pegang
payudara tante?”,
tanyaku sambil
memgang kedua
tangannya dan
mengarahkannya ke
kedua payudaraku. Aku
meremas tangannya
sehingga tangannya itu
meremas kedua buah
dadaku.
Setelah meremas-
remas buah dadaku,
aku pun menarik kepala
Fariz dan
mengarahkannya ke
dadaku. Diapun mulai
menjilati putingku,
mataku terpejam
akupun makin
mendesah tidak karuan.
“Oouuh…aaahh…
euuhhh…”, aku mulai liar.
Tanganku tidak tinggal
diam. Aku mulai meraba
celana Fariz dan
memegang
kemaluannya yang aku
yakin sudah tegang dari
tadi. Tanganku menarik
retsletingnya dan
mengeluarkan
kemaluannya. Tidak
terlalu besar, hanya
sedikit lebih panjang dari
genggamanku, mungkin
karena ia masih kelas 2
SMP. Tanganku mulai
memainkan
kejantannya, aku mulai
mengocoknya.
Akhirnya aku berhenti.
Akupun duduk dan mulai
melucuti seragam Fariz.
Kulihat badannya yang
masih polos itu.
Kemaluannya baru
sedikit ditubuhi bulu-
bulu halus. Aku
menyuruhnya
terlentang. Akupun
mulai melakukan oral
kepadanya dalam posisi
berlutut.
“Hmmph…mmph…
mmphh”, suara mulutku
yang sedang mengulum
batang kemaluannya
sambil tanganku
memainkan kedua
bolanya.
“Aahhhh…ahhhh…enak
tan”, Fariz berteriak
keenakan.
Fariz merubah posisinya
dari tidur menjadi duduk.
Tangannya kini
memainkan buah
dadaku. Sesekali aku
berhanti mengulum
batang kejantanannya
untuk menikmati
remasan tangan Fariz.
Tangan kiriku kini beralih
memainkan klitorisku.
Aku benar-benar
menikmati semua ini.
Tiba-tiba Fariz
berteriak,
“Aa..aa..aaahhhhh, geli
banget tan.
Aaahh..aaahh…aaahhh…
ma..ma..mau
kkkelluuaaarrr”, aku
makin mempercepat
mulutku dan makin
menghisap kuat-kuat
batang kejantannya.
Tidak berapa lama…..
“AAAAHHHHHHH…
AAAHHHHHH…
AAAAHHHHHH”, Fariz
mengeluarkan cairan
spermanya didalam
mulutku. Aku sempat
terkejut, karena banyak
sekali cairan sperma
yang dikeluarkan anak
kelas 2 SMP ini. Tapi itu
kupikir karena jarang
sekali bermasturbasi.
Sperma yang telah
dikeluar didalam
mulutku ku keluarkan
lagi ke atas batang
kemaluannya, hanya
untuk kuhisap lagi. Fariz
terlihat begitu
menikmati oral seks ini.
Akhirnya kutelan semua
sperma Fariz, dan
kuhisap lagi
kemaluannya untuk
membersihakan sisa-
sisa spermanya.
“Enak Riz?”, tanyaku
puas.
“Enak banget tante.
Beda ya sama
masturbasi”, jawabnya
polos.
Aku hanya tertawa
sambil menjawab, “ada
yang lebih enak, mau?”.
Akupun mulai
mengulum kembali
batang kejantanan Fariz
yang telah terkulai. Aku
sengaja melakukan oral
terlebih dahulu kepada
Fariz, supaya nanti saat
permainan utama dia
tidak cepat ‘keluar’.
Pelan-pelan aku mulai
menjilati kemaluannya.
Posisi Fariz kini tiduran
kembali dengan kedua
kaki diangkat, sehingga
kepalaku berada
dikedua pahanya.
Jilatanku mulai berubah
menjadi kuluman.
Semakin lama semakin
cepat, akupun mulai
memperkuat hisapanku
pada kepala penisnya.
Sesekali paha Fariz
menjepit kepalaku
menahan rasa geli di
penisnya. Ketika penis
fariz telah berdiri lagi
aku menghentikan
oralku.
“Eh..kenapa tante?”,
tanyanya heran.
“Gantian dong, masa
kamu aja yang enak?!”,
kataku.
“Maksudnya?”.
Akupun mulai berbaring
dan menarik Fariz ke
pelukanku. Akupun
mulai menciumnya.
Mula-mula dia seperti
risih, tetapi permainan
lidahku mulai
mengajarinya untuk
berciuman. Kami terus
berpelukan sambil
berciuman, sesekali
penisnya menyentuh
klitorisku dan ini
membuatku makin
menggila. Puas
berciuman aku
mengarahkan kepalanya
ke bauah dadaku. Kini
Fariz telah tahu apa
yang harus dilakukan.
Nafsuku makin tak
tertahan. Aku
mengangkat kepala
Fariz, “Riz, jilatin ‘itu’
tante”.
“Yang mana tante?”.
Aku mengambil posisi
bersandar pada
pinggiran tempat tidur.
Kutekuk pahaku dan
kubuka lebar-lebar
pahaku. Kedua tanganku
memegang vaginaku,
jari-jariku menyisir bulu
kemaluan. Setelah
terlihat jelas
kemaluanku yang telah
basah dari tadi,
kutunjukan klitorisku
dengan kedua jari
telunjuk.
“Yang itu Riz, jilatin ‘itu’
tante”, pintaku
setengah memelas.
“Yang ini tante?”,
katanya sambil
menyentuh klitorisku.
Sontak aku
menggelinjang,
sentuhan tangan Fariz
pada klitorisku
membuat tubuhku
seperti melayang.
Dia tampaknya
menikmati hal ini.
“Yang ini ya?”, tanyanya
lagi sambil mulai
memainkan klitorisku.
“Aaaahhhh…ii..iiyyaaa…
yang itu. Ka..kha..kamu
nakal ya”, kataku mulai
terengah-engah.
“Aaaahhhh…
oouuuhh….uuuhhhhh….jilatin
aja Riz”, kataku tak
tahan sambil
menurunkan kepalanya
kekemaluanku.
Fariz mulai menjilati
vaginaku, mula-mula
meras aneh, mungkin
karena aroma khas
vagina yang telah
basah. Akupun makin
melebarkan pahaku,
sambil tanganku
membuka vaginaku
agar tampak klitorisku
oleh Fariz.
“Jilatin yang ini Riz”,
kataku sambil
menunjukkan letak
klitoris.
Fariz mulai menjilati
klitorisku dengan
lidahnya. Akupun
memegang kepalanya
dan menggerakkan
kepala Fariz naik turun
di atas klitorisku.
Gerakan lidah Fariz yang
kasar menari diatas
klitorisku membuatku
hampir mencapai
orgasme.
Cepat-cepat kuangkat
kepala Fariz dan kutarik
badannya kearahku.
Dengan tisak sabar
kupegang batang
kemaluannya yang telah
keras kembali,
kuarahkan ke vaginaku.
Cllep…bleessshhh…
penisnya langsung
masuk kedalam
vaginaku yang sudah
semakin basah.
“Aaaaahhhh…”, teriakku.
Aku mulai memegang
pinggang fariz dan
menggerakkannya maju
mundur.
Plok..plok..plookk…
cloopps…
clooppss….suara
selangkangan kami
beradu ditengah
semakin banjirnya
cairan vaginaku.
“Ooooohhh…aaahhhhh…
aaahhh…..aaahhh….aaaa..aaaaa….aaaahhhh…
terus Riz…eennaaak”,
teriakku.
Aku mulai manarik-narik
rambutnya, sambil
sesekali kuciumi Fariz
dengan brutal.
“Hmmmppph..hmmmppp…
aahhhh..hmmpphh…
ooohhh….ohhh
yyeesss..hmmmppphhhh”.
Kakiku kini melingkari
pinggang Fariz agar
penisnya bisa masuk
sedalam-dalamnya
kedalam vaginaku.
Tubuhnya menempel
dengan tubuhku,
kamipun bermandikan
keringat. Sensasi
bersetubuh dengan
bocah polos yang masih
perjaka ini benar-benar
membuatku bernafsu.
Tangan Fariz mulai
memainkan kembali
buah dadaku. Tidak
berapa lama aku
merubah posisi. Aku
berjongkok di atas Fariz.
Ku pegang penisnya dan
kumasukkan kedalam
vaginaku.
Plok..plok..plok..vaginaku
berbunyi karena sangat
basah.
Kugoyangkan badanku
maju mundur, penis
Fariz melesak penuh
kedalamku. Goyangan ini
makin menggesek
klitorisku.
“Aaahhhhh…
ooouuuhhhhh….eenaaaakkkkkk”.
Aku tahu sebentar lagi
fariz akan ejakulasi
yang kedua, sehingga
aku marubah posisiku
menjadi “doggy style”.
Tubuhku bersandar
pada sandaran temapt
tidur. Fariz tanpa
permisi langsung
memasukkan penisnya
dengan tidak sabar.
“Ah!” jeritku.
Fariz makin tidak
sabaran. Dia terus
memompa vaginaku
dengan batangnya,
batang yang baru sekali
ini merasakan
nikmatnya dunia. Dia
terus menggerakkan
tubuhnya maju mundur,
makin lama makin
cepat, sambil
tangannya memegang
pinggulku.
“Ah..ah..ah…teerrruuus
Riz….terruuusss…..aaaaahhhh”.
“Tan, Faarriizz maau
kke…..lluaarr….giimaannaa
nihhhh…..aahhhh…ahhh?”.
“Ahhh…aahhh…kkee…
ahh…keeluaarinn aja Riz…
aahhhhh”.
Plok..plook…
clooppss….cloppss….
Akupun mulai bersiap
meneriam muntahan
sperma fariz didalam
vaginaku, akupun mulai
mencapai orgasme yang
sejak tadi kutahan.
“Aahhhhh…
tteerrruuussss
Rizzzzz…tante
ju….Ah!..ga mau
keeluuuarrr……
aaahhhhh…terusss”.
Fariz terus
mempercepat kocokan
penisnya di dalam
vaginaku.
“aahh…
ahhh..AAAAHHHHHHHHH….!!!!”
Fariz memuntahkan
seluruh spermanya
didalam vaginaku.
Kurasakan semprotan
kuatnya di dinding
vaginaku, seperti
dikejutkan oleh
sengatan listrik.
Vaginaku langsung
terasa hangat dan
basah oleh cairan
spermanya, tapi aku
tidak menghentikan
goyangannya. Tidak
berapa lama….
“Oh…oh…oh…
ah..ah..ah..ah..ah..AAAAHHHHHHH!!!!”,
akupun berteriak karena
orgasme.
Vaginaku makin basah
oleh karena cairan kami
berdua. Aku tidak
membiarkan Fariz
melepaskan penisnya
dari vaginaku, sambil
menggoyang-
goyangkan pinggulku.
“Gimana Riz, lebih enak
dari yang tadi kan?”,
tanyaku.
“He..he..he..iya tan, jauh
lebih enak”, jawabnya
sambil mengikuti
goyangan pinggulku.
Bersamaan dengan
mengecilnya penis Fariz,
keluar jugalah cairan
spermanya dari dalam
vaginaku. Cairan sperma
itu langsung menempel
pada kami berdua. Aku
langsung berbalik dan
menghisap cairan
sperma yang ada pada
penis Fariz.
Sambil merasa kegelian
Farisz berkata,
“Makasih ya tan, ga rugi
nganterin tante”.
“Aku juga ga rugi
dianterin kamu”,
jawabku singkat lalu
kembali mengulum
penis Fariz.
Setelah penis Fariz
bersih dari sperma
kamipun berbaring
terlentang tanpa
pakaian.
. . .SekiaN. . .

Tidak ada komentar: